[ B-SIDE ] Fadli Reysan Fahreza ; FORVi

8.5K 1.4K 174
                                    


.

.

[ B-SIDE ]
Fadli Reysan Fahreza ; FORVi

.

.

Fadli menapakkan langkahnya satu-persatu. Beberapa hari yang lalu, atau lebih tepatnya di hari pertama SMA TRIVIA melaksanakan Ujian Kenaikan Kelas. Kai datang ke kelasnya. Entah apa yang merasuki anak sinting itu, tapi tiba-tiba saja dia menantang dirinya dengan alasan yang tidak jelas.

Emm, tidak. Alasannya cukup jelas sebenarnya. Alasan apalagi yang lebih baik selain membuktikan siapa yang terbaik diantara mereka berdua?

Awalnya, Fadli pikir itu kekanak-kanakan. Masalah nilainya yang merah saja masih belum beres sampai sekarang, dan sekarang ada orang yang mau menantangnya? Dia tidak punya waktu untuk hal itu. Jika Kai ingin menang, maka silahkan. Dia tidak peduli. Itulah yang dia pikirkan, sebelum---,

"Udah gue duga. Sejak awal cuman segitu nilai kalian. Kalian itu cuman bisa nyalahin tanpa ngebuktiin. Kalian juga yang sok tahu dan bilang kalau anggota kalian dikeluarin gara-gara Dewan Siswa. Pengecut dan penakut. Itulah kalian,"

Sudah ditantang dan dikata-katai seperti itu, harga dirinya akan hancur jika tidak membalas. Sekarang ... seperti yang pernah dikatakan cewek aneh itu tempo hari. Dia harus menang. FORVi harus menang. Dengan begitu hitam dan putih akan menjadi jelas. Orang yang berdiri di akhir adalah pemenangnya.

Meskipun begitu---,

"Kok harus gue lagi sih?"

Terkadang Fadli bingung, kenapa selalu dirinya yang dijadikan korban?

Di FORVi, posisinya tidak lebih dari sekedar anggota biasa. Alasan solidaritas mungkin bisa ia pakai. Tapi jika dia sendiri yang berjuang melawan Kai, bukankah rasanya sedikit tidak adil? Rasanya seperti ia diseret ke ujung jurang dan melakukan banyak hal seperti yang mereka inginkan. Terkadang dia merasa ... diantara banyaknya anggota FORVi yang lain, kenapa harus ia yang ada di situasi ini?

"Haaaaahh ...!"

Hembusan nafas kasar kembali keluar darinya. Entah sudah yang keberapa kali? Rasanya belakangan ini Fadli memang sering mengeluh terhadap banyak hal.

Fadli kembali mempercepat langkahnya, jaraknya hanya tinggal beberapa meter lagi. Sekarang ini dia sedang dalam perjalanan ke Ace Cafe,---sebuah cafe yang dimiliki seorang lelaki bernama Hasta.

Mengenai Hasta---Hasta itu anak FORVi, atau lebih tepatnya mantan. Dia sudah lulus sekitar 5 tahun yang lalu, dan membuat cafe kecil-kecilan. Karena pemiliknya adalah alumni organisasi mereka. Entah kenapa akhirnya cafe itu dijadikan basecamp. Simbiosis mutualisme sebenarnya, Hasta jadi mempunyai banyak pelanggan, anak-anak FORVi jadi mempunyai tempat yang tetap untuk berkumpul. Yah, walaupun ada beberapa diantara mereka yang sering kasbon

Fadli membuka ponselnya. Dia menuliskan beberapa pesan singkat di Grup Klub Buku. Dia tidak bisa mengikuti kegiatan Klub sekarang. Sebelum Kai menganggap ia tidak datang karena ketakutan, akan lebih baik jika Fadli menjelaskannya lebih awal.

Hanya butuh beberapa detik, Fadli selesai mengetik. Ia kembali melanjutkan langkahnya. Di dalam hati dia bertanya-tanya, kenapa Varesh -ketua mereka- menyuruhnya berkumpul hari ini? Apa ada masalah genting? Apa ada musuh? Atau apa?

Penasaran, dia semakin mempercepat langkahnya, hingga 10 menit kemudian ... plang bertuliskan Ace Cafe akhirnya terlihat oleh netra. Fadli masuk. Dilihatnya, suasana cafe masih sama seperti biasanya. Tidak ada kerusuhan atau apapun, orang yang ada di dalam pun tidak terlalu banyak, sama seperti biasanya.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang