28 | Simbolis abu-abu

8.1K 1.6K 450
                                    

Gak di semua hal lo harus nyari aman

.

🌹

.

Aku membuka buku catantanku tenang, sekarang ini guru mata pelajaran PKN sedang menjelaskan materi di depan kelas. Aku melihat ke sekeliling, suasana tenang dan nyaman yang selalu ku dapatkan sejak masuk ke sekolah ini, jujur saja rasanya berbeda sekali dengan sekolah lama yang ku tinggali.

Ngomong-ngomong percakapanku dengan Fika tidak berjalan dengan baik. Bel berbunyi memotong percakapan kami. Hal terakhir yang dia katakan adalah, Fika tidak ingin aku ikut campur pada permasalahan Riposha. Setidaknya jika aku tidak mau melarang Riposha maka aku tidak boleh menjerumuskannya. Aku disuruh untuk menjauh. Kira-kira seperti itulah yang ia katakan.

Tapi itu tidak apa, hasilnya sesuai dengan keinginanku. Dengan membuat Fika berinisiatif untuk melakukannya sendirian. Aku jadi tidak mempunyai beban untuk menghentikan Riposha.

Sejak awal tujuan ku hanya satu, yaitu tidak terlibat masalah. Dalam fase yang aku tempati sekarang, satu kejadian yang janggal saja bisa membuat Ayah curiga, dan aku tidak menyukai hal itu.

Keadaan Riposha dan Queenzie sudah semakin panas, jadi mau tak mau waktuku untuk meninggalkan mereka pun semakin menipis. Disisi lain, secara terang-terangan mengatakan 'akan pergi jika mereka terlibat masalah' pun akan membuatku terlihat seperti orang jahat.

Itulah sebabnya aku membuat kondisinya seperti ini.

Ketika aku harus menjauhi mereka bukan atas dasar keinginanku, tapi dari keinginan orang lain, yaitu Fika. Dengan begitu aku tidak terlihat seperti orang jahat. Lalu, jika suatu hari mereka menang atas pertarungan yang mereka hadapi, aku bisa kembali kapan saja ke sisi mereka.

Tidak bertaruh apapun. Pada akhirnya aku menyerahkan semua masalah yang mereka dapat pada diri mereka sendiri.

"Ini sih jelas, aku kabur sendirian," tukasku, berbicara sepelan mungkin pada diriku sendiri.

Aku kembali melihat ke arah papan tulis dimana sekarang Bu Fraya sedang menjelaskan materi di jam pelajaran terakhir. "Nah yang ini pasti akan keluar, jadi pastikan kalian belajar dengan benar." Menjelaskannya selama beberapa menit, Bu Fraya akhirnya pergi ke mejanya dan merapihkan barang.

Tapi ada satu hal yang tidak aku mengerti ...

"Itu saja untuk hari ini, minggu depan kita akan ulangan. Jangan lupa lengkapi tugas!"

Bu Fraya menatap semua anak intens, kemudian berjalan keluar kelas dengan membawa buku dan peralatan mengajarnya.

'Karna belakangan ini kamu jaga jarak sama aku.'

Kenapa aku mengatakan hal itu.

Aku melihat ke arah catatan pelajaran yang ku buat, hitam di atas putih tampak begitu jelas membuat mataku seketika meneduh.

Aku tersenyum sinis. Rasanya jarang sekali aku mengatakan salah satu tujuan ku secara terang-terangan.

.

DINGGGG~ DONGGG~~

.

Aku melihat sekitar, saking terlarutnya dalam pikiran, tanpa ku sadari jam terakhir telah usai. Itu berarti sekarang waktunya untuk pulang.

Semua murid menarik nafas lega. Sekali lagi, satu hari penuh materi pelajaran terlewati. Yah ... setidaknya bagi beberapa orang. Karna orang-orang yang harus mengikuti kegiatan Klub sepertiku, kami masih belum terbebas dari yang namanya sekolah.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang