29 - Si Pengacau Hati

9.5K 541 18
                                    


"Di saat aku sudah hampir memperbaiki sakit yang kamu tumpahkan, dengan mudahnya kamu kembali dengan sikap acuh seakan tak terjadi apa-apa"

__________________

Alza diam menatap Beyca yang baru saja turun dari motor sport warna hitam yang ia tebak itu milik Aderald, lelaki yang minggu lalu menikahi gadis itu.

Alza menatap sendu Beyca yang melewatinya begitu saja, tidak ada sapaan selamat pagi, tidak ada senyuman manis yang selalu gadis itu berikan padanya. Semuanya menghilang begitu saja, padahal Alza tahu tadi Beyca melihat keberadaannya.

"Bey!" Alza mencekal lengan Beyca sebelum gadis itu pergi menjauh.

Beyca memang melihat Alza, dia sebenarnya ingin berlari menyapa lelaki itu. Melihat tatapan sendu Alza membuat Beyca sedikit tak kuasa mengacuhkannya, tetapi saat mengingat perlakuan Alza kepadanya dulu, Beyca sakit.

Sejenak gadis itu terpaku saat melihat Alza mencekal lengannya, entah kapan terakhir kali Alza menyekal lengannya selembut ini.

"Kenapa?" ujar Beyca datar. Perlu kalian ketahui, Beyca mati-matian menahan rasa sesak di dadanya, dia tak ingin kembali jatuh. Bersikap biasa saja, di depan orang yang dulu pernah menjadi alasan kita tertawa itu menyakitkan.

Memang benar, berusaha membenci orang yang pernah kita sukai itu sulit.

Alzaska hanya diam, menyorot sendu Beyca yang menampilkan wajah dinginnya. Ia tak tahu tujuannya menghentikan gadis ini apa, tangannya tadi refleks mencekal lengan cewe itu.

Teringat sesuatu Alza lebih memilih menanyakan ini, dia penasaran dengan jawaban gadis itu. "Lo ikut olimpiade ke Bandung kan?"

Alza sudah percaya diri, jika Beyca juga pasti akan ikut dengannya. Ia tahu, gadis itu sangat-sangat menginginkan ikut lomba olimpiade seperti ini, apalagi kini partner lombanya adalah dirinya. Beyca pasti tidak akan menolaknya bukan, tapi Alza salah. Dirinya terlalu percaya diri, lelaki itu tersenyum kecut saat satu kalimat keluar dari mulut Beyca.

"Enggak, gue gak ikut!"

"Kenapa?"

Jujur Alza masih berharap Beyca ikut, dia ingin kembali dekat dengan Beyca sebelum nanti dia akan pergi ke luar negeri, untuk melanjutkan kuliah seperti kata papihnya.

Dengan membaiknya hubungan ia dan Beyca, Alza harap itu bisa membujuk papinya agar ia bisa berkuliah di sini saja.

"Lo gak punya hak untuk tahu alasan gue!" sarkas Beyca yang membuat lelaki itu terdiam.

"Gue berhak tahu lah. Gue partner olimpiade lo!"

Beyca tersenyum sinis, dia menghentakan tangannya hingga cekalan Alza terlepas. "Lo cuma partner. Bukan guru!" desisnya lalu pergi meninggalkan Alza.

Alza terdiam dengan pandangan lurus menatap punggung Beyca yang perlahan menjauh, Beyca berbeda. Entah kenapa Alza merasa, akhir ini Beyca seperti menghindar darinya, bahkan perlahan menjauh. Apa dia sejahat itu?

Sedangkan di sisi lain, Beyca tengah mati-matian menahan tangisnya. Dia berjalan terburu sambil mengusap matanya saat air mata dengan nakalnya jatuh dari pelupuk mata gadis itu, Beyca tak akan mengijinkan orang lain melihatnya seperti ini.

Gadis itu tidak pergi ke kelas, melainkan pergi ke atas rooftop untuk menenangkan perasaannya sejenak.

"Arghh!!" teriak Beyca berusaha menumpahkan segalanya.

Gadis itu meluruh ke lantai, mengusap kasar wajahnya. Beyca bingung, kesal, dan sakit. Mengapa Alza bersikap seperti itu padanya, mengapa Alza harus menyorotnya sendu. Dan yang paling penting mengapa Alza harus kembali di saat Beyca tengah berusaha menyembuhkan luka yang baru saja mengering.

B E Y C A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang