57 - Tempat Berlabuh Terakhir

10.5K 471 5
                                    


"Tetap di sampingku, dan temani aku menjalani hari-hariku, berbagi kebahagiaan bersamamu, kamu lelaki terakhir yang dikirim tuhan untukku."

_______


"Pegangan terosss!" sindir Galang dengan sebal melihat pasutri yang duduk di depan dengan berpegangan tangan, sedangkan dia dan Cici harus menidurkan Cikko, emang kampret si Aderald kalau tahu jika Galang hanya dijadikan tempat penitipan anak, malas sekali ia masuk mobil ini, mending masuk mobil si Aldi tadi.

"Anak diungsikan, asik berduaan," tambah Cici.

Sedangkan yang disindir malah tertawa geli, Beyca menggerakkan tangannya yang digenggam Aderald, malah sekarang sebelah tangan lelaki itu menarik pinggangnya mendekat. "Lepas ih Rald, malu," cicit Beyca pelan.

Aderald menggeleng kuat, dengan terkekeh, "Udah biarin aja, iri tanda tak mampu bos!" Dengan santai lelaki itu menyetir mobil dengan satu tangannya, satunya lagi memeluk pinggang Beyca.

"Cici, Cikkonya sini biar sama kakak keliatannya dia ngantuk tuh," ujar Beyca melirik kebelakang pada Cikko yang merentangkan tangan padanya.

Cici mengangguk dan menyerahkan sang ponakan pada kakak iparnya, karena sejujurnya memangku Cikko itu bikin pegal, meski baru satu bulan kurang, bayi lelaki itu sudah cukup berisi.

"Kamu tidur juga Ci, masih lama lagian ya kan, Rald?"

"Iya, tidur Ci, gue tahu lo semalem gadang," timpal Aderald sedikit melirik adiknya lewat kaca yang menggantung di atas.

Cici mendengkus, dia melirik Galang yang juga sudah tertidur memeluk bantal kepalanya. Dari pada ia jadi kambing conge sendirian, lebih baik tidur.

Jam sepuluh lewat lima belas menit, akhirnya mobil mereka sampai di depan Villa yang cukup besar yang sudah Aderald sewa untuk teman-temannya.

Para lelaki meletakan tas-tas mereka di lobby, sedangkan para perempuan malah duduk di kursi dengan mata setengah terpejam.

"Enak banget hidup lo Rai, santuy banget," keluh Rizki duduk di samping Raira dengan nafas ngos-ngosan karena sudah membawa dua tas milik mereka.

Raira terkekeh kecil, "btw, thanks Ki," katanya sambil menyaut permen di tangan Rizki membuat lelaki itu mendengkus kesal.

Beyca tersenyum melihat mereka, dia mempuk-puk pantat Cikko saat bayi itu merengek.

"Udah? Yuk kita ke Villa, letaknya di sana." Aderald datang bersama seorang wanita paruh baya yang merupakan pegawai di sini, ia mengangkat barang miliknya dan Beyca lalu berjalan menyusul wanita tadi.

"Nah ini Villanya, di sini cuma ada empat kamar, dua kamar di atas duanya lagi di bawah," tutur wanita itu.

Mereka semua mengikuti wanita baya itu untuk melihat-lihat luas villa ini, tidak cukup luas memang hanya ada empat kamar, dua kamar mandi di atas juga di bawah, dapur, ruang santai, dan terakhir mushola kecil.

Meski tidak megah, tapi villa yang Aderald sewa ini cukup elegan dengan interior kayu yang tampak indah, dekat juga dengan penampilan bukit yang membuat biaya sewa di sini lumayan mahal.

"Ada yang ditanyakan? Jika tidak saya akan kembali ke depan,"

"Ada kolam renangnya gak Bi?" tanya Aldi antusias.

"Ada di halaman belakang mas, di sana juga terdapat gazebo untuk bersantai," jawabnya yang disambut sorakan senang dari mereka.

"Wih, udah lah Rald, the best pokoknya villa ini," decak Zarel memandang kagum seluruh penjuru Villa, ia benar-benar jatuh cinta dengan suasana dan interiornya, asri dan elegan perpaduan yang sangat indah dipandang mata.

B E Y C A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang