"Apa aku bilang, jika kita emang jodoh, pasti tuhan akan memberikan jalan yang mudah di setiap masalah."______
Baik Zarel maupun Aderald sama-sama menyadari raut muka Beyca yang berubah sendu saat Zarel mengatakan kalimat tadi. Mereka tidak bermaksud untuk membuat Beyca mengingat kenangan lama, Zarel hanya ingin Fasya mendapat balasan setimpal atas apa yang telah diperbuatnya.
Rasanya tidak adil bukan jika orang yang jelas-jelas bersalah masih berkeliaran di sini, dibebaskan dan tanpa tahu semua kebusukkanya.
"Waktu itu gue lagi main sama Laura di halaman rumah lo, gue sama dia emang berteman karena tante Maira-- tante lo temen baik nyokap gue. Di situ kita lihat Fasya yang teriak-teriak pengen ketemu lo, tapi Bang Ardan ngelahangin sengaja ngisengin Fasya karena kita tahu kan, dari dulu tuh anak emang tempramen," cerita Zarel, ia menatap Beyca yang memalingkan wajahnya menahan tangis yang akan turun.
Aderald menarik pinggang Beyca mendekat, mengusap bahu wanita itu saat tangis Beyca mulai terdengar. Ia menyuruh dengan dagunya, pada Zarel agar melanjutkan cerita.
Zarel membuang nafasnya berat, "Fasya kesal sama Bang Ardan yang malah mempersilakan Alza masuk, sedangkan dia enggak dibolehin. Dia melihat gue dan Laura yang waktu itu lagi main, nah di sana Fasya ngajak gue juga Laura buat minjem pisau ke Bibi Yeni. Tapi gue nolak, karena dulu gue emang takut sama pisau, Laura dan Fasya terus ngejek gue 'payah!' atau apalah itu, untungnya ada Aderald yang ngajak gue pulang,"
"Gue sebenarnya ngajak Aderald buat lihat apa yang akan dilakuin mereka." Zarel melirik Aderald sekilas, yang tengah melotot padanya, "Tapi si ceking ini malah ngompol di celana," lanjutnya semakin membuat Aderald menggeram malu.
"Oke, lanjut. Gue ikutin tuh mereka berdua, hingga sampai gue melihat Fasya dan Laura lagi masuk ke balkon kamar Bang Ardan lewat tangga yang diambil dari belakang. Gue akui sih, nyali mereka gede banget walaupun saat itu masih umuran lima tahun,"
"Lo tahu apa yang mereka lakuin? Yap, nusuk Bang Ardan dengan pisau tadi, awalnya Fasya nusuk lewat perutnya doang, tapi setelah melihat Bang Ardan langsung pingsan dia juga menusukan pisau tepat di dada Bang Ardan."
Beyca membungkam mulutnya tak percaya, ia tidak bisa membayangkan bagaimana kakaknya kesakitan. Dibunuh dengan sekeji itu.
Beyca menggerakan tubuhnya memeluk Aderald dengan erat, "Stop, gue gak sanggup denger lagi," lirih Beyca lalu menangis tersedu.
Aderald mengusap rambut dan punggung Beyca dengan lembut, matanya mengisyaratkan Zarel untuk berhenti menjelaskan, ia tidak mau Beyca terus menangis.
Zarel pun mengangguk membiarkan Beyca menangis di pelukan Aderald, sedangkan dirinya memilih membuka toples kue yang ada di meja, sengaja Bi Isah menyediakan untuk tamu lengkap dengan minuman gelasnya.
"Udah Bey gak usah sedih, gue udah laporin Fasya ke penjara atas kasus tindak kriminal. Tapi kalo lo mau sih, gue juga minta lo jadi saksi untuk kasus pembunuhan Bang Ardan, soalnya lo yang pertama ngelihat korban."
Beyca melepas pelukannya, beralih menatap Aderald dan Zarel bergantian. Wanita itu menggigit bibirnya kuat, Beyca harus kuat dirinya pasti bisa membalas perbuatan Fasya yang telah membunuh kakaknya, salah satunya dengan cara menjebloskan lelaki iblis itu kepenjara. Ia tidak akan membiarkan Fasya bebas bahagia, tanpa merasakan apa yang selama ini Beyca rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
B E Y C A [Completed]
Teen Fiction[LEBIH AFDOL, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA BRO] Beyca kira rencana yang ia buat untuk mengikat Alzaska berhasil sesuai harapannya, tapi ternyata harapan tinggal harapan atau emang niat jahat gak akan berakhir baik, dirinya malah terjebak dengan se...