53 - Keberadaan Beyca

10.8K 504 13
                                    


"Musuh terbesar manusia adalah, emosi."

//

"Kamu di mana Beyca?" Dengan gusar Aderald mengendarai mobil, matanya tak lepas dari sekeliling. Memperhatikan jalanan pinggir berharap menemukan Beyca.

Sampai ia tidak sadar bahwa di depan ada seorang anak kecil yang hendak menyebrang. Untung Aderald cepat menginjak rem, karena kaget dengan teriakan anak itu.

CKITTT!!

"Kalo nyetir yang bener dong Mas!" marah Ibu dari anak yang hampir Aderald tabrak.

Aderald berulang kali meminta maaf, dia juga menyerahkan uang sebagai tanggung jawab saat melihat tangan anak kecil itu sedikit baret.

"Sekali lagi saya minta maaf atas kelalaian saya bu, dek."

"Iya saya maafin, lain kali kalo lagi nyetir jangan banyak melamun!"

Aderald mengangguk, ia membuang nafas panjang lewat mulut. Lalu kembali masuk ke dalam mobil, Aderald mengusap kasar wajahnya, "Aku kangen kamu Beyyang," lirih Aderald.

Suara ponselnya yang bergetar di saku celana membuat Aderald mengeluarkan benda itu, alisnya menukik saat nomor tidak dikenal tiba-tiba menghubunginya.

Aderald dengan cepat mengangkatnya, karena yang ia pikir itu bisa saja nomor baru Beyca. Ya setelah Beyca menghilang, pikiran Aderald tidak jauh-jauh dari wanita itu.

"Heh! Lo dimana?!"

Suara cempreng milik lelaki, membuat dahi Aderald berkerut. Ini bukan suara Aldi, Galang atau pun Rizki, tapi Aderald tidak asing dengan suaranya, ia serasa pernah mendengarnya.

"Gue Zarel, elah. Kaget gak lo?"

Zarel? Untuk apa kadal Afrika itu menghubunginya, ada masalah apa lagi. Tanpa sadar Aderald mencengkram stir mobilnya.

"Bisu lo?!"

"Bacot! Untuk apa lo nelpon gue?!"

"Untuk? Kasih tahu gak ya?" Zeroun terkekeh di sebrang sana, membayangkan bagaimana kesalnya wajah Aderald.

"Kalo gak penting gue blok nomor lo sekarang juga!"

"Dan gue pastiin lo bakal nyesel nanti,"

Jika saja Zarel benar-benar ada di depannya, sudah Aderald buat wajah tampan lelaki itu hancur. Bertele-tele sekali, Aderald rasa mereka tidak pernah seakur ini. So asik banget si Zarel, "Apaan anjing? To de point bisa gak sih?!" kesalnya.

"Wes santai dong,"

"Gue mau nolong lo, tapi habis ini lo harus sujud dan akui lo kalah dari gue."

Kalah? Dikira lagi lomba apa? Emang stress si Zarel, Aderald rasa. Zarel memang selalu merasa tersaingi olehnya, padahal Aderald biasa aja tuh, ia juga tahu kalau yang membuat restorannya terancam bangkrut adalah lelaki itu.

"Apa goblok?!"

"Gue juga males sih sebenarnya, tapi gue kasian sama anak lo."

"To de point, gue tahu di mana Beyca."

°°°°°

Aderald menatap halaman apartemen dan wajah lelaki di sampingnya, secara bergantian. Ia masih tidak percaya dengan apa yang Zarel katakan, lelaki itu juga tidak mau menjelaskam bagaimana dirinya bisa tahu. Dan kenapa alasannya mau membantu Aderald, bukankah hubungan keduanya tidaklah akur.

B E Y C A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang