51 - Kepercayaan Yang Memudar

10.2K 472 32
                                    


"Aku memberimu kepercayaan seutuhnya, dan kamu merusaknya dalam sekejap mata."

//

Di sini lah Aderald sekarang, club malam menjadi tempat pelariannya menenangkan emosi. Ini pertama kalinya ia ke sini lagi, setelah kejadian itu. Mengapa di saat ia mulai bersatu dengan Beyca, ada saja masalah yang membuat mereka bertengkar.

Apa Aderald dan Beyca memang tidak punya kecocok kan? Aderald menenggak gelas wine yang keempat kalinya, tempat ini mengingatkannya pada pertemuan pertamanya dengan Beyca.

Wanita yang saat ini sangat dicintainya, tanpa malam itu mereka tidak akan bisa bersama sampai saat ini. Lagi-lagi pernyataan Beyca terngiang di kepalanya, Beyca memang lebih dulu kenal dengan Alza dibanding dengannya, tapi jika jodoh tidak memandang dengan siapa bertemu lebih dulu bukan?

Aderald yakin mereka berdua jodoh, ia akan menyelesaikan masalah dengan Beyca. Aderald tidak mau sampai rumah tangganya hancur hanya karena cemburu buta, sekarang mereka hanya butuh waktu. Butuh waktu untuk mendinginkan pikiran masing-masing.

Aderald tidak tahu seberapa besar Beyca mencintainya, sedalam Beyca mencintai Alza dulu atau tidak. Aderald tidak peduli, jika dirinya saja yang mencintai Beyca begitu dalam.

Rasa pusing mulai menjalari kepala Aderald, ia sudah mabuk malam ini.

"Pak, bangun!"

Pria itu mengerjapkan matanya saat seseorang menepuk pundak, matanya tidak bisa melihat dengan jelas.

"Bapak mabuk, mau saya pesankan kamar?"

Aderald berusaha untuk tetap sadar, ia berdiri dari duduknya sedikit sempoyongan. "Tidak usah, saya bisa pulang sendiri!" katanya lalu pergi pada motornya yang terparkir.

Kamar, pelayan, dan minuman. Itu awal dari hubungannya dengan Beyca, Aderald tidak mau kejadian ini terjadi lagi.

°°°°

Beyca membukakan pintu untuk Aderald, sehebat apapun mereka bertengkar tadi. Beyca tetap khawatir pada lelaki itu, "Kamu mabuk?" tanya Beyca saat melihat Aderald yang berjalan sempoyongan sambil memegang kepala.

Duk!

Aderald berulang kali terjatuh menabrak atau menyenggol barang-barang yang tersimpan di buffet, membuat Beyca meringis seketika. Beyca meraih lengan lelaki itu, membantunya berdiri tegak saat kening Aderald terjedug pinggiran meja.

"Sini aku bantu."

Lelaki itu menepis tangan Beyca hingga wanita itu sedikit tersungkur. Aderald memegang keningnya, saat cairan merah terasa mengalir. "Gak usah!"

"Gak usah ngeyel, kening kamu berdarah itu." Beyca berdecak, ia kembali memapah pria itu hingga menuju kamar mereka.

Ia merebahkan lelaki itu di atas kasur, tak peduli dengan Aderald yang mulai mengoceh. Beyca menunduk, mengangkat kaki lelaki itu untuk membuka sepatu Aderald.

"Beyca, kenapa lo gak pernah ngedengerin gue?"

"Kenapa lo malah bela Alza dibanding gue,"

B E Y C A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang