39 - Jangan Terlalu Berharap

10.6K 502 30
                                    


"Gue emang bukan yang terbaik buat lo, jadi jangan pernah terlalu dalam berharap ke gue ya Bey?"

-Aderald Candrawiguna-

___________


Dia pergi..

Aderald pergi tanpa menoleh kebelakang, tanpa mendengar suara ringisan Beyca yang memegang perutnya.

Sakit? Sudah pasti. Beyca butuh Aderald, ia ingin lelaki itu menghampirinya dan mengusap perutnya yang sakit saat ini, Beyca yakin anaknya juga ingin di sentuh Papinya.

"BEYCA!!"

Tapi yang datang bukan apa yang Beyca harapkan.

"Beyca lo gak papa?"

Beyca meringis sambil menatap Alza yang berjongkok di depannya, "Sakit Al,"

Tanpa banyak kata lagi, Alzaska menggendong Beyca ala bridal style dan membawa wanita hamil itu ke rumah sakit. Melihat wajah pucat Beyca itu membuat Alza khawatir.

Sekali lagi Beyca kecewa, Beyca kecewa pada Aderald yang tidak sedikit pun khawatir akan ringisannya. Aderald hanya peduli pada Bella, bukan dirinya.

----


Aderald mengikat tali sepatunya dengan lambat, ia sedang berada di depan mesjid, habis melaksanakan solat Ashar. Sebenarnya dia tadi mendengar suara Beyca yang memanggilnya, tapi dirinya terlanjur kesal dan kecewa apalagi suara teriakan Alza yang terdengar begitu peduli pada gadis itu.

"Huh udah lah, kok jadi mellow gini," keluh Aderald dia berhenti mengikat tali sepatunya. Rasa menyesal dan sadar diri datang di hatinya. Apa dirinya terlalu kekanakan ya?

"Wajar sih, kalo mereka mau ngobrol bareng. Kan Alza emang udah deket dari dulu sama Beyca, lah gue? Gue cuma orang baru yang nyasab dan terjebak sama Beyca,"

"Tapi masalahnya, kenapa mereka harus ngobrol berduaan di apartemen gue?"

Aderald mengacak rambutnya kasar, hingga getaran di ponselnya menghentikan kegiatannya. Nama sang ibunda ratu yang kini menelponnya.

"Hal-"

"Aderalddd kamu di manaa?!"

"Istri lagi kesakitan kamu malah enak keluyuran hah?!"

Aderald memegang kupingnya yang terasa berdengung akibat teriakan Bunda, "Derald lagi di mesjid,"

Bunda berdecak di balik sana, "Sini ke rumah sakit cepet!"

Alis lelaki itu bertaut, "Bunda sakit?"

"Ya ampun punya anak bego amat, sini istri kamu keram perutnya! Ini dokternya mau ngomong sama kamu!"

Aderald membola kaget, "Beyca? Kok bisa?"

"Yaiyalah, Beyca. Emang istri kamu siapa lagi huh? Sini, kamu suaminya bukan? Ini malah orang lain yang nemenin Beyca, mau jadi anak nakal huh?"

"Aderald?!"

Tut.

Aderald memutuskan sambungan teleponnya beralih memakai sepatunya asal, tak peduli jika talinya belum terpaut dengan benar. Ia panik, khawatir, dan sekarang Aderald menyadari jika sikapnya tadi terlalu kekanakan.

Tak butuh waktu lama, Aderald sudah tiba di rumah sakit yang alamatnya tadi sempat dikirim Bunda. Memarkirkan motornya asal, lalu berlari di lorong rumah sakit.

Brak!

Aderald membuka pintu kamar inap Beyca dengan kasar, lalu terdiam saat menyadari ada banyak orang di dalam, ada Ardian, Papah dan Bundanya, juga kedua orang tua Beyca dan satu orang lagi yang berdiri di samping Ardian--Alzaska.

B E Y C A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang