36 - Tamu Tak Di Undang

8.4K 479 29
                                    


Hai, tadinya mau entar malemnya pisan. Tapi aku teh takut ketiduran😭

Nungguin notip dari cerita ini gak?

Hayuu atuh di Vote duluu geuliss

Sip!

Happy readingg girl💛

*****

"Kamu datang di saat hatiku sedang hancur. Entah dengan tujuan menyembuhkan, atau malah kembali menghancurkan?"

______________

Selera memakan es krim Beyca jadi hilang saat mengetahui jika gadis yang duduk di kursi roda itu adalah Bella, mantannya Aderald.

Aderald berjongkok di depan Bella, "Kamu di sini sama siapa?" Ada nada khawatir yang Beyca tangkap dari pertanyaan Aderald.

"Sama bi Feni," jawab Bella. "Dia siapa Aderald?" Gadis itu bertanya lagi, membuat Aderald gelagapan bingung ingin mengatakan apa.

Beyca sendiri hanya diam memperhatikan interaksi mereka berdua, dengan tangan yang memegang es krim yang mulai mencair. Ia ingin menunggu jawaban apa yang akan dikatakan Aderald.

"Dia temen gue."

Memang realita kadang tak seindah ekspetasi, Beyca kira Aderald akan jujur. Tapi Beyca sadar pasti lelaki itu tidak ingin menyakiti hati Bella.

"Temen?" Bella masih terus bertanya.

"Iya temen, kita habis kerja kelompok," ulang Aderald lebih jelas, diiringi cengiran kaku.

"Berdua aja?" Bella sepertinya cemburu pada Beyca, terlihat dari matanya yang memancarkan ketidak sukaan yang amat kentara.

Beyca memaksakan senyumnya, memilih membuang es krim tadi sebelum menyodorkan tangannya pada Bella. "Hai, gue Beyca. Temennya Aderald,"

"Tadi sebenarnya kita rame-rame kok, cuma udah pada pulang gitu. Gue tadinya cuma mau nebeng sama Aderald sampe depan aja, sorry ya?" Asal Beyca memberi alasan.

Rasanya sesak sekali, Beyca tak tahu ada apa dengan dirinya. Kenapa dirinya malah berharap Aderald mengenalkannya sebagai istri,  bukan sebagai teman. Berarti ciuman tadi hanya terjadi karena nafsu dan amarah? Tanpa ada arti penting dibaliknya? Huh, seharusnya Beyca tidak berharap lebih.

Bella memperkenalkan dirinya dengan raut senang, "Hai Beyca, kenalin aku Bella, pacarnya Aderald." Tangan gadis itu melingkar di bahu Aderald, "Emm, kalian udah kelompoknya bukan?"

Beyca sadar diri, bangkit membenarkan letak hoodie, " Ah, iya. Udah kok,"

"Kalo gitu aku boleh pinjem Aderald?"

"Boleh dong, dia kan pacar lo," balas Beyca dengan senyum yang terus terpatri, gadis itu melirik Aderald yang menatapnya tanpa arti.

Rasa-rasanya Beyca ingin menertawakan dirinya sendiri, bisa-bisanya Beyca menelan ludahnya sendiri. Bukankah dari awal dirinya sudah menegaskan tidak akan dan tidak mungkin jatuh cinta pada Aderald. Konyol, kenapa dirinya harus terbawa perasaan dengan sikap Aderald selama ini? Beyca bodoh.

B E Y C A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang