8 - Hanya kagum

11.1K 609 10
                                    


"Cinta itu berawal dari rasa kagum, tapi semoga aku hanya sekedar kagum. Bukan nya tak ingin mencintai mu, tapi hatiku tak bisa mencintai saat di hatimu masih ada nama lain"

-Aderald Candrawiguna

________________________________________


Aderald menatap tanpa berkedip Beyca yang kini berjalan keluar dari ruang ganti, Beyca benar-benar sangat cantik dengan gaun pilihan nya. Bahkan lelaki itu tak sadar kini Beyca telah berdiri di hadapannya.

Disa menyenggol pelan lengan putranya, dia tersenyum geli melihat reaksi Aderald. Disa sangat tahu kelakuan putranya, Aderald bukanlah lelaki yang suka memperhatikan sekitarnya. Cowo itu terbilang sangat bodo amatan, dia hanya akan peduli dengan sekitarnya jika itu menarik di matanya.

"Gimana Derald, bagus gak?" tanya Bunda Disa.

Aderald mengangguk dengan wajah cengonya, "Cantik," gumam nya tanpa sadar.

Disa tersenyum geli, ia rasa putranya tak sadar dengan apa yang di ucapkan nya. Sedangkan Beyca menatapnya heran.

"Apa De? Bunda tanya bagus gak, kok kamu bilang cantik sih." Disa terkekeh geli.

Aderald meringis, tangan nya mengusap belakang leher nya sendiri, "Gaun nya cantik, Cocok di pakai Beyca, Derald suka." Mata Aderald membelalak, lelaki itu memukul mulutnya pelan, sial dia salah ngomong lagi, "Ma--maksudnya itu anu.."

Bunda semakin tertawa melihat Aderald salah tingkah, " Iya Bunda paham kok, iya kan Bey?"

Aderald mendengus lirih melihat Beyca tengah tersenyum mengejek pada nya, pasti wanita itu besar kepala sekarang.

Mira memutar bola matanya, malas, "Jadi fiks yang ini? Kamu Derald tuxedo nya mau yang gimana?"

"Iya yang ini, buat tuxedo yang gimana aja aku pasti pakai kok tante," balas Aderald.

Bunda mengusap pundaknya, membuat Aderald menatap nya, "Biar Bunda yang pilih tuxedo nya."

Aderald hanya mengangguk menyetujui usulan Bunda nya.

"Yaudah Bey, ganti lagi bajunya. Nanti Mamah suruh pegawai buat ngepacking gaun nya."

Aderald menatap Beyca yang kembali masuk ke ruang ganti.

🍂🍂🍂🍂

"Akhirnya kamu akan pergi juga dari rumah, tanpa harus saya usir!"

Beyca hanya diam, tetap meneruskan mengganti gaun nya, pura-pura tak mendengar ucapan Mira meski hatinya sakit.

"Mamah tenang aja, Beyca gak akan lagi menampakkan diri di depan Mamah!" sarkas Beyca.

Mira diam-diam mengepalkan tangan nya, "Baguslah!" Lalu wanita itu pergi meninggalkan Beyca. Hati Mira juga sakit, saat dia berkata kasar pada anak nya. Tapi setiap melihat wajah Beyca, ia selalu merasakan Benci, marah juga rindu secara bersamaan.

Beyca menanap nanar punggung Mira. Tak ada air mata yang turun, ini bukan yang pertama untuknya. Bukan lagi rasa sedih yang di rasanya melainkan perasaan bosan. Iya, Beyca bosan di perlakukan seperti ini oleh Mamah nya. Ia capek.

Dari dulu Beyca sudah bertekad untuk tidak mengeluarkan air matanya hanya karena sebuah kesalahpahaman. Dia sudah tak berniat lagi menjelaskan, sudahlah biar waktu yang akan menjawab.

Jika Mira menganggap Beyca seperti itu, tak masalah. Setidaknya Tuhan tahu bagaimana sifat kita.

Beyca menghela nafasnya, lalu keluar dari ruang ganti. Alisnya mengerut saat melihat hanya ada Aderald sendiri yang tengah duduk di sopa tadi, cowok itu tengah memainkan ponselnya. Kemana Bunda dan Mamah? tanyanya dalam hati.

B E Y C A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang