48 - Hukuman Buat Laura

10.5K 463 20
                                    

"Jika tidak ingin kena akibatnya, maka jangan berbuat seenaknya tanpa memikirkan apa jadinya."

__________

"Iya, mereka pernah deket. Bahkan sampai pacaran."

Aldi menatap tajam Alzaska yang berjalan tenang menghampiri mereka. Bisa kacau ini urusan.
Dengan wajah datar Bunda berjalan masuk ke dalam ruangan disusul Cici.

"Kenapa lo aduin ini sih?!" Aldi menunjuk Alza kesal.

Alza-- lelaki itu tetap santai, ia memasukkan tangannya ke saku celana jeans yang dipakai, "Kenapa? Bukannya bagus biar Aderald sadar?"

Aldi memijat pangkal hidungnya, bukannya bagus nanti malah berantem yang ada. Mana Beyca dan Aderald baru saja baikan lagi. Lelaki itu berdecak, lalu menyusul masuk sebelum terjadi sesuatu di dalam.

"Hai, selamat ya. Anak kalian ganteng banget," ujar Bella dengan senyum khasnya.

Bunda masih berdiri di ambang pintu menatap apa yang akan dilakukan gadis itu.

Beyca melirik Aderald yang hanya diam, sambil memegang jari kecil Cikko yang tengah tertidur. "Makasih Bel, udah jenguk ke sini," balas Beyca.

Bella mengangguk senang, "Namanya siapa?"

"Nama aku dede Cikko aunty," jawab Beyca dengan suara seperti anak kecil.

Aderald terkekeh kecil, ia menoleh pada Beyca tersenyum hangat lalu mengecup puncak kepala istrinya.

Hal itu tidak luput dari penglihatan Bella, tatapan Aderald dan segala sikap manis lelaki itu bukan lagi miliknya. Tanpa sadar Bella tersenyum kecut, "Kayanya aku gak bisa lama-lama di sini, masih ada urusan."

"Eh kok cepet banget?"

"Bagus, lebih cepat lebih baik!" saut Bunda suasana seketika menjadi hening. Bunda berjalan dengan wajah tak bersahabat menghampiri Bella.

"Ayo, cepet pulang!" usir wanita itu terang-terangan.

"Bun-" Aderald menahan tangan Bunda saat wanita itu hendak meraih lengan Bella.

"Apa? Kamu mau belain dia?!" nada suara Bunda dinaikan satu oktaf, bahkan Cikko saja sampai menangis karena terlalu kaget.

Beyca menatap Raira, seolah memberi kode untuk membawa bayi kecil itu keluar. Raira pun membawa Cikko keluar bersama Mira.

"Pergi!" Bunda menunjuk pintu sambil menatap dingin pada Bella.

Bella tersenyum kecut, gadis itu mengangguk, "Baik," katanya lalu berjalan pergi, Bunda Aderald memang tidak pernah menyukai Bella.

Langkah Bella terhenti di depan pintu saat mendengar wanita itu kembali bersuara, dan perkataannya cukup membuat Bella merasa tertampar oleh kenyataan.

"Dan jangan pernah ganggu Aderald lagi, anak saya sudah beristri jika kamu lupa,"

"Saya cuma mengingatkan, kamu tidak mau kan di cap sebagai pelakor?"

Tangan Bella mengepal, giginya pun bergemulutuk. "Kita lihat saja, saya yang akan merebut Aderald atau Aderald sendiri yang akan datang pada saya!" Kalimat terakhir sebelum akhirnya gadis itu memilih pergi.

Bunda menggeram emosi, ia tidak akan membiarkan gadis itu merusak rumah tangga anaknya. Dari awal Disa memang sudah tidak suka dengan Bella, naluri seorang ibu mengatakan jika Bella bukan gadis baik-baik.

"Udah Bun, tarik nafas jangan emosi, Bunda punya darah tinggi."

Disa membalikkan badannya menghadap pada putranya, ia menatap nyalang Aderald.

B E Y C A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang