23. Murkanya Aris

10.8K 919 78
                                    

Happy Reading❤
Tolong tandai bagian yang typo, ya!

***

Kurang lebih tiga hari berdiam diri di dalam apartemen setelah ke luar dari rumah sakit, Senja akhirnya kembali ke aktivitas seperti sedia kala. Mulai hari ini, Senja akan kembali ke kampus dan mulai menata hidupnya dari awal.

Di sinilah Senja sekarang. Bersama dengan Langit dalam satu mobil. Lelaki itu sedang bersenandung dan memutar lagu dengan volume keras.

Ngomong-ngomong, lelaki ini memang sulit untuk dipahami. Terkadang, Langit tiba-tiba menjadi menyebalkan, terkadang pula menjadi sosok romantis seperti Romeo dalam film Romeo dan Juliet.

"Berisik!" Senja mematikan musiknya. Langit menoleh, matanya sedikit menyipit sambil menyorot tajam gadis itu yang terlihat acuh.

Langit berhenti di pinggir jalan, kemudian kembali menghidupkan musiknya. Namun, Senja kembali mematikannya.

"Berisik!" ujar Senja sekali lagi.

"Dan gue nggak peduli," jawab Langit. "Ke luar lo!"

Sudut bibir Senja tersungging tipis, tangannya bersedekap dada dengan raut wajah angkuh. "Ini mobil gue kalau lo lupa."

Berdecih ke samping kiri, Langit kembali menatap Senja. "Gue bos lo kalau lo lupa," ujarnya mengulangi kalimat Senja.

"Terserah!" Tekan Senja acuh. Setelahnya Langit kembali menghidupkan mobilnya. Ralat---milik Senja.

***

Setelah sampai di parkiran kampus, Senja ke luar terlebih dahulu dan tak menghiraukan keberadaan Langit.

Langit berdecih melihat kepergian Senja. "Dasar Setan!" umpat lelaki itu.

Berusaha menyeimbangi langkah Senja, Langit tiba-tiba melempar Senja dari belakang menggunakan tasnya.

"Akhh!" ringis Senja. Setelah memutar badannya, Senja menatap tajam Langit yang berjalan mendekat ke arahnya dengan santai.

"Itu hukuman kecil karena lo nggak menghargai bos lo," ujar Langit santai. Sembari bersiul pelan, kaki Langit yang memang tidak bisa diam selalu menendang kerikil di jalanan.

Senja mendengus, menyusul langkah Langit yang memang sudah berjarak agak jauh dari tempatnya berdiri. Lelaki itu dengan tanpa berdosa malah menyugar rambutnya ke belakang, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Membuat pada mahasiswi yang berlalu lalang mematung di tempatnya.

"Apa lo liat-liat?!" gertak Langit menatap tajam sekitarnya.

Senja balas memukul kepala Langit menggunakan tas lelaki itu sendiri. "Tolong, ya, tingkah lo dijaga!" peringat gadis itu.

Langit menatap Senja garang. Tangannya berkacak pinggang dan menatap Senja dengan tatapan mengintimidasi. "Terserah gue dong! Gue anak pemilik kampus di sini!" jawabnya sombong.

Ya, Langit yang tampan dengan segala sifat kesombongannya. Meladeni Langit sama saja buang-buang waktu berharga milik Senja. Pada akhirnya, Senja memilih mengalah dan berusaha bersabar dengan sifat angkuh lelaki ini.

"Dasar manja!" umpat Senja pelan sambil berdecih sinis.

"Apa lo bilang?!" Langit mendelik tak terima, namun Senja menggeleng pelan. Tak ingin cari ribut di hari pertamanya kembali kuliah.

Saat akan melanjutkan perjalanannya, tiba-tiba seseorang menarik rambutnya dari belakang, lalu menamparnya dengan sekuat tenaga sehingga menimbulkan suara yang keras, Juba mengakibatkan sudut bibir Senja berdarah.

Bukan hanya Senja, namun Langit dan beberapa mahasiswa yang kebetulan berada di lokasi itupun ikut terkejut.

"Dasar jalang!" seru Rara dengan heboh. Tangannya kembali akan menyerang Senja, namun Senja lebih cepat bertindak sebelum Rara berbuat lebih jauh. Dicekalnya tangan Rara, lalu dicengkram dengan erat.

Langit untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang