Happy Reading!
Tolong tandai bagian yang typo, ya!🤗😍***
Senja menunduk, menatap ujung sepatu miliknya dan milik seorang lelaki yang baru saja menyelamatkan nyawanya. Tangannya memainkan ujung jaketnya dengan cemas. Jantungnya berdegup kencang saat lelaki di hadapannya ini menatapnya tajam dan mengintimidasi sambil bersedekap dada.
"Kenapa sih, lo itu selalu buat ulah?" tanya lelaki itu dengan tenang. Namun, Senja tahu, lelaki itu menyimpan kekesalan untuknya.
Kepala Senja sedikit mendongak menatap mata tajam milik lelaki di hadapannya yang masih terlihat jelas walaupun dengan cahaya remang-remang.
"Kalau sampai gue tadi gak dateng, apa yang terjadi sama lo?" lanjutnya bertanya kepada Senja.
"Jawab, Senja!" bentaknya sambil mencengkram erat kedua pundak Senja.
Senja tersentak kaget saat lelaki itu membentaknya. Bibir Senja mengulas senyuman tipis, "Lo ... peduli?" tanya Senja setengah tak percaya.
Lelaki itu tertegun, mengerjapkan matanya pelan. Perlahan cengkramannya pada pundak Senja mulai mengendur. Tatapan tajamnya berubah menjadi dingin.
"Apa maksud lo?"
"Gue tau lo peduli sama gue, tapi lo masih terjebak dalam ego lo sendiri yang masih percaya bahwa gue adalah pembunuh," ujar Senja dengan mata yang berkaca-kaca.
Lelaki itu tertawa sinis, "Bukan berarti kita kembar, terus lo pikir gue peduli gitu? In your dream!" ujar lelaki itu tajam.
Ya, lelaki itu adalah saudara kandung Senja. Lebih tepatnya, Kakak kembar lelakinya yang bernama Bintang Aditama Mahruf.
"Terus tadi apa namanya, kalau bukan peduli?" tanya Senja kepada Bintang.
Bintang terdiam sejenak. Memandang lurus mata coklat sang Adik dengan dingin. Sejujurnya, dia juga merasa hancur di saat Senja tadi hampir saja mati. Tetapi, lagi-lagi ego yang mengalahkannya.
Bintang berdeham sejenak, "Semua orang rumah pasti sudah tidur. Cepat pulang, dan obati luka lo! Besok berangkat pagi-pagi, sebelum mereka bangun. Jangan sampai lo bikin keributan!" perintah Bintang. Lelaki itu membalikkan badannya dan hendak berlalu.
"Terima kasih, Kakak," gumam Senja.
Bintang berhenti di tempatnya. Ada perasaan aneh saat satu nama panggilan itu lolos dari bibir manis Senja. Rasanya campur aduk. Antara marah, kecewa, sakit, dan rindu bercampur menjadi satu. Kepala Bintang menggeleng pelan, lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Tangannya dimasukkan ke dalam saku jaket miliknya, serta menganggap ucapan Senja barusan hanyalah angin lalu.
***
Denis menjalankan motornya dengan aksi kebut-kebutan. Tadi, saat dirinya larut ke dalam alam mimpinya, tiba-tiba saja dia mendapatkan panggilan tak terjawab dari Revan berulang kali, sehingga tanpa berpikir panjang lagi dia mengangkat panggilan itu.
Revan memberitahunya bahwa Senja mengikuti balap liar dan terlibat perkelahian dengan rivalnya sendiri dan berakhir dibawa pergi oleh laki-laki. Bak orang kesetanan, setelah mendapat kabar dari sahabatnya itu, Denis langsung meluncur ke tempat kejadian.
Dengan cepat, Denis turun dari motornya dan mencari Revan untuk memberitahunya kronologis dengan jelas.
"Revan!" pekik Denis dari kejauhan saat melihat Revan duduk di atas motor sambil menghisap sebatang nikotin bersama teman-temannya yang lain. Tanpa menunggu lagi, Denis berlari cepat menghampiri kerumunan itu.
"Weitss ... gue kira lo gak dateng, Bro!" sapa seorang lelaki yang bernama Arga.
Denis mengacuhkan kalimat Arga, fokusnya saat ini adalah tentang sepupunya yang entah sekarang berada di mana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit untuk Senja
FantasiaLangit Nathaniel Arisko, mahasiswa sekaligus anak dari pemilik kampus yang hobinya suka keluar-masuk club dipertemukan dengan Senja, seorang gadis yang terlalu misterius di mata Langit. Semua berawal dari Senja menyelamatkan seorang mahasiswa lain y...