Langit Nathaniel Arisko, mahasiswa sekaligus anak dari pemilik kampus yang hobinya suka keluar-masuk club dipertemukan dengan Senja, seorang gadis yang terlalu misterius di mata Langit.
Semua berawal dari Senja menyelamatkan seorang mahasiswa lain y...
"Teruntuk langit, sembunyikanlah air mataku denganderasnya hujanmu, agar semua orang tidak tahu seberapa lemah diriku."
*** Happy Reading!❤ Jangan lupa untuk tinggalkan jejak, ya!
***
Ada pertemuan, ada perpisahan. Ada kehidupan, ada juga kematian. Berusaha menghilangkan kenangan dalam hidup membutuhkan waktu selama bertahun-tahun, atau mungkin seumur hidup.
Terkadang, hati dan pikiran selalu tak sejalan. Di saat pikiran mengharuskan kita untuk menghapus kepingan-kepingan kecil memori tentang seseorang, ada hati yang tak rela untuk melupakan. Apalagi, jika kalian bersama sejak kecil.
Mungkin opini itu sangat pas ditujukan kepada seseorang yang menatap sendu batu nisan dan gundukan tanah yang telah tertutupi oleh rumput-rumput kecil.
Terdapat nama sang kakak di sana. Aditya Aditama Mahruf bin Aris Aditama Mahruf, seorang pemuda yang meninggalkannya sepuluh tahun silam.
Hampir setiap hari, Senja mengunjungi kakaknya. Namun, akhir-akhir ini karena ada keperluan kampus, dia menjadi jarang untuk mengunjungi rumah kakaknya.
"Hai, Kak. Aku datang lagi," ujarnya lirih sambil mencabuti rumput-rumput kecil yang bersemayam di atas makam Kakaknya.
"Kakak apa kabar? Kakak bahagia nggak di sana?" tanya Senja seperti berbicara kepada seseorang, meskipun dia tahu, Adit tidak akan bisa menjawabnya. Kemudian dia tertawa miris dengan sendirinya, "Aku bodoh banget, sih! Sudah pasti Kakak bahagia."
Matanya mulai berembun, "Kak Adit pasti bisa minta apa aja, ya? Kalau iya, kenapa Kakak nggak minta hidup kembali aja sama Tuhan?"
Hati Senja mulai bergetar, mengingat bahwa Adit lah yang selalu ada untuknya. Tangan Senja terulur untuk mengusap pelan batu nisan itu. Hingga tiba saatnya, Senja sudah tak sanggup untuk membendung tangisnya lagi. Air matanya jatuh begitu saja tanpa aba-aba. Rasa sakitnya terlalu sulit untuk dideskripsikan.
"Kakak dulu pernah berjanji sama aku, kalau Kakak akan bantu untuk merubah Mama-Papa biar bisa sayang sama aku." Senja kembali menangis sesenggukan, kepalanya disandarkan di atas batu nisan itu.
"Tapi, kenapa Kakak malah pergi? Mereka semakin membenciku, Kak!" adunya kepada Adit yang hanya dijawab oleh keheningan dan semilir angin yang menerbangkan rambutnya, "Bahkan, Kak Bintang sekarang juga membenciku."
Tanpa terasa, hujan deras mulai turun membasahi bumi. Namun Senja masih tetap duduk bersimpu di samping makam Kakaknya. Gadis itu selalu beranggapan bahwa dirinya kuat, dan air hujan bukanlah kelemahannya.
Air mata yang tadinya mengalir, kini mulai tertutupi oleh air hujan yang mengalir di wajahnya. Satu tangannya terkepal dan menggenggam erat tanah pemakaman. Senja bahkan tak peduli dengan bajunya yang kotor karena lumpur.
"Kalau Kakak gak mau kembali, maka ajak aku bersamamu, Kak," pintanya lirih masih sesenggukan.
Senja mendongak, menatap langit mendung, kemudian menutup matanya. Senja mencoba menikmati guyuran hujan yang dengan lancang menjamah tubuhnya.
Detik selanjutnya, matanya terbuka kembali saat tidak merasakan air hujan yang menerpa wajahnya. Dia berkedip beberapa kali, mencoba menatap seorang lelaki yang menutupinya menggunakan payung.
"Lo?!" serunya masih dengan posisi mendongak, menatap orang itu.
"Benerin dulu posisi kepala lo!" ujar lelaki itu memperingati.
Senja menurut, dan mulai mengamati seorang lelaki yang kini berjongkok di sampingnya. Lelaki itu perlahan melirik sebuah batu nisan yang ditangisi oleh Senja sejak tadi.
"Gak baik main hujan-hujanan begini," ujarnya sambil mengelus pelan puncak kepala Senja.
Senja berkedip lagi, yang membuat lelaki itu terkekeh gemas. Direngkuhnya pelan tubuh Senja untuk berdiri, tak mempedulikan kemejanya yang basah dan lusuh.
"Kita ke apartment gue dulu sekarang," ujar lelaki itu saat mendapat penolakan dari tubuh Senja.
"Jangan mikir macem-macem! Baju lo basah, di apartemen ada beberapa baju sepupu gue yang cewek." Senja sekali lagi mendongak, menatap tubuh lelaki yang lebih tinggi darinya ini.
"Lo juga harus makan!" lanjutnya kepada Senja. Lelaki itu memaksa tubuh Senja masuk ke dalam mobilnya saat sampai di parkiran.
"Gue kuat, kalau lo mau tau! Hujan kecil kayak gini, gak bakal ngaruh apapun buat gue!" ujar Senja melipat tangannya di dada.
Lelaki itu tidak tersinggung, malahan dia tersenyum manis sebelum memutari mobilnya dan masuk ke dalam bangku pengemudi, "Setiap orang punya titik lemah masing-masing. Mungkin benar, fisik lo kuat. Tapi siapa yang tahu kalau hati lo rapuh?" ujarnya mengelus pelan pipi dingin Senja.
Lelaki itu berjalan memutar, menuju bangku pengemudi. Setelah masuk, dia sedikit mengacak rambutnya yang basah membuat percikan itu mengenai wajah Senja yang kebetulan menghadap ke samping, ke arahnya.
Jantung lelaki itu berdegup kencang kala tangan dingin Senja menyentuh pelan bahunya. Dadanya sungguh berdebar-debar. Dia menatap Senja, dan menunggu kalimat yang akan dilontarkan dari mulut gadis itu.
"Terima kasih, Rama."
Bersambung
Haloo🤗 Bagaimana untuk part hari ini? Hayoo, coba tadi siapa yang nebak-nebak tentang lelaki misterius itu? Hehe.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.