37. Don't Forget Where You Belong, Senja

1.6K 194 16
                                    

Seperti yang dijanjikan Rama, mereka membeli ice cream dan setelahnya membeli makanan kekinian yang disebut corndog dengan sosis dan mozarella yang dilumuri adonan tersebut, mereka akan pergi kemanapun yang Senja inginkan. Dan sebuah taman adalah opsi terbaik menurut perempuan itu.

Karena cuaca sedang terik dan mengingat bahwa ini adalah hampir pukul satu siang, maka duduk di sebuah gazebo sepertinya pilihan yang bagus.

Beruntungnya, angin sepoi-sepoi mampu menyejukkan udara yang terasa cukup panas hari ini.

Walaupun cukup terik, ada banyak pengunjung yang datang hari ini. Salah satunya ada sebuah keluarga yang sedang bersantai dengan posisi yang tak jauh dari tempat Rama dan Senja duduk. Terlihat sang ayah sedang bermain aksi kejar-kejaran bersama kedua buah hati dengan sebuah pistol mainan di tangan masing-masing. Sementara sang ibu nampak berdiri di dekat gazebo sambil tersenyum dengan tangan yang merekam aksi ketiganya.

Melihat itu, Senja tersenyum pedih. Perempuan itu menunduk sekilas sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia masih mencoba mengalihkan pandangan sambil menikmati ice cream miliknya.

Tentunya, Rama tahu apa yang baru saja dilihat oleh Senja, namun lelaki itu tidak cukup tahu atas masalah yang sedang terjadi pada gadis berambut pirang yang saat ini berada di sampingnya.

"Kenapa?" tanya Rama, sesekali matanya memandang keluarga yang terlihat bahagia tersebut, kemudian berganti menatap Senja.

"Nggak pa-pa," balas Senja singkat. Perempuan itu beralih menyantap corndog miliknya.

Mendengar jawaban yang terlontar dari adik tingkatnya tersebut, tentu Rama hanya mengangguk sekilas. Karena ini bukanlah haknya untuk bertanya lebih lanjut.

Rama terkekeh pelan, "Kamu suka banget, ya, kayaknya sama makanan ini." Matanya menatap satu kantong kresek yang hanya berisi beberapa batang bekas corndog. "Aku tadi beli 5 biji terus sampe abis begitu."

"Gue suka semua makanan."

"Oh, ya?" Senja mengangguk sekilas sebagai jawaban. "Suka makanan pedas juga, dong?"

"Suka. Tapi perut gue yang nggak suka. Karena setiap kali gue makan pedas, gue bisa sehari sampai sepuluh kali ke luar-masuk kamar mandi," terang Senja. Perempuan itu memasukkan batang stick terakhir ke dalam kantong yang disediakan.

"Kalau gitu, jangan banyak-banyak," nasihat Rama. Tangannya bergerak untuk membuka botol minum yang hendak ia berikan kepada Senja. Untungnya, sebelum ke taman tadi, ia sempat mampir ke minimarket terdekat.

"Makasih."

"My pleasure."

***
Malam harinya, Senja sudah berada di apartement-nya seorang diri. Benar. Sendiri, sepi, sunyi, dan hanya ada dirinya sendiri di sini.

Sejak beberapa menit lalu, ia sudah berada di dapur miliknya. Perempuan itu merasa lapar, namun ia merasa malas hanya untuk mengkonsumsi sepiring nasi.

Jadi, kentang goreng dengan taburan cabe bubuk di atasnya adalah pilihan terbaik menurut Senja. Sekali lagi, Senja menatap hasil masakan miliknya dengan miris. Ternyata hidup memang sesepi ini.

Perempuan itu langsung menghidupkan laptopnya begitu dia sampai di ruang tamu dan mendudukkan dirinya di atas sofa. Tangan dan matanya terus bergerak memilih sebuah film yang menarik untuk ditonton malam ini. Setidaknya, hanya inilah cara Senja melampiaskan rasa sepinya.

Di malam yang dingin, sambil sesekali mencomot kentang goreng pedas dengan sebuah film menarik yang tersaji di hadapannya. Begitu damai, dan juga tenang.

Langit untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang