12. Perpustakaan dan Balas Budi

12.1K 1K 133
                                    

Happy Reading❤

***
"Oy!" panggil Revan saat melihat Senja tidur terkapar di samping rak buku sastra. Dia berjongkok di depan Senja yang membuka matanya malas dan sesekali menguap. Senja menatap datar Revan yang baru saja datang dan ternyata lelaki itu tidak sendirian, ada dua orang lain lagi di belakang.

Karena merasa tidak penting, Senja menutup kembali kedua matanya yang masih terasa berat. "Bangun, woy! Lo dicariin teman sekelas lo, tuh!"

Sekali lagi, Senja menguap menatap dua anak manusia yang sama sekali tidak menarik perhatiannya.

"Hai. Lo Senja, 'kan?" Teman sekelas Senja berjongkok di depan perempuan itu dan tersenyum manis.

"..."

Revan meringis pelan melihat Senja yang tak menggubris teman sekelasnya itu. Revan kembali menatap Senja.

"Ini temen sekelas lo. Dia anak perhotelan juga. Katanya, dia nyari lo karna ada matkul yang belum dia pahami," kata Revan menjelaskan tanpa ditanya.

"..."

Revan menggaruk pipinya kaku, Senja sama sekali tak meresponnya, kecuali tatapan datar dari gadis itu. "Mphh ... Namanya--"

"Bulan," ujar Senja pada akhirnya.

"Hah?"

Senja mendongak menatap Bulan yang masih cengo, "Nama lo Bulan, 'kan?"

"Lo tau gue?!" pekik Bulan sambil bertepuk tangan layaknya bocah. Senyumnya melebar dan cerah seperti matahari. Sementara Senja hanya menguap dan akan menutup kedua matanya kembali.

Bulan merasa senang, dia pikir mahasiswi pendiam seperti Senja ini tidak akan mengenali dirinya. Ternyata dugaannya salah, Senja mengenalinya.

Revan yang masih ada di sana menggeleng, dia menjewer telinga Senja. "Heh, bocah nakal!" tegur laki-laki itu. "Lo mau bangun atau mau gue siram? Ini temen lo dateng baik-baik ke sini, buat minta bantuan sama lo. Itung-itung siapa tau nanti kalian bisa jadi temen deket."

Senja menguap malas. "Lo itu bawel, kayak Denis," ujar Senja mengucek matanya.

"Lagian lo gak sopan!"

"Kan udah kenalannya, terus mau apa lagi?"

"Ya ... gak gitu juga."

Senja berdiri dari tempatnya, membuat Revan dan Bulan ikut berdiri pula, "Gue pergi, kalian berisik!" ujar Senja, kemudian berlalu begitu saja tanpa mempedulikan Revan yang memanggilnya.

Revan meringis, menatap Bulan prihatin, "Sorry ya, Senja emang gitu orangnya."

"Gak pa-pa, kok. Lagian dia itu lucu!" ujar Bulan masih dengan senyuman lebarnya dan tatapan berbinar menyorot punggung Senja.

"Ah, lucu, ya?"

***
"Tadi Revan bilang mau bantuin Bulan untuk nyariin lo." Denis meletakkan segelas jus mangga kesukaan Senja setelah beberapa menit yang lalu sepupunya itu tiba menginjakkan kaki di kantin kampus. "Udah ketemu, Sen?"

Senja meminum jus mangganya terlebih dahulu, "Hm, mereka bawel kayak lo."

"Terus?"

"Gue tinggal. Mereka ganggu," balas Senja seadanya.

Denis geleng-geleng kepala, entahlah, berhadapan dengan Senja harus menggunakan kesabaran tinggi. Sedangkan Bastian yang juga ada di sana malah tertawa, tangannya mengacak rambut Senja gemas.

"Singkirin tangan sialan lo itu, Kak!" perintah Senja, tetapi dia tak mengelak sedikitpun.

"Gue gemes sama lo," ujar Bastian masih tertawa. Senja mendengkus, tiba-tiba matanya terfokus pada satu objek. Sebuah meja makan yang cukup besar dan bisa menampung banyak manusia. Di sana ada Langit bersama teman-temannya. Oh, jangan lupakan juga seorang wanita berpakaian seksi dan menggunakan riasan tebal yang bergelayut manja di lengan Langit, Senja tidak tahu gadis itu siapa, namun yang jelas, dia sudah mirip seperti anak koala.

Langit untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang