"Teruntuk waktu, kapan luka ini akan berakhir?"
-Senja Laksani Paramitha-Happy Reading❤
Jangan lupa tinggalkan jejak, ya!🤗***
Denis menghela napas menatap Senja. Saat ini, mereka berada di basecamp tempat Denis berkumpul bersama teman-temannya."Nis, dasar lo, ya! Dicariin malah ternyata di sini." Teriakan itu berasal dari suara Arga yang memekik dari luar. Suatu kebiasaan buruknya yang memang hobi berteriak.
Satu persatu teman-teman Denis memasuki area basecamp. Mereka terkejut saat melihat Senja duduk berhadapan dengan Denis dengan wajah penuh luka.
Revan meringis melihat wajah lempeng Senja sedang menatapnya. Perlahan, Revan mendudukkan dirinya di samping Senja. Ditatapnya dalam wajah penuh luka itu membuat Senja jengkel setengah mati. Jari telunjuknya terulur, menyentuh pipi lebam Senja.
"Ini gak sakit, Nja?" tanya Revan mendongak menatap Senja.
"Pikir aja sendiri!" jawab Senja acuh sambil memainkan ponselnya.
"Gak enak banget, Van, lo manggil dia Nja," celetuk Galang tertawa kecil dari belakang sambil membawa kompresan untuk Senja.
Revan mendengus tak menanggapi. Matanya terus saja menelisik wajah Senja dari samping.
"Lo ngeliatin kayak gitu lagi, gue colok mata lo, Kak!" ancam Senja tanpa menoleh.
Revan bergidik, "Serem banget sepupu lo, Nis." Dia mengadu kepada Denis.
"Minggir, gue mau ngobatin Senja!" usir Denis kepada Revan.
"Gak usah, gue mau pulang," tolak Senja.
"Motor lo udah dikirim Brian ke rumah gue. Mau naik apa lo?"
Senja mendengus kasar, "Ya udah, jalan kaki."
"Luka lo harus diobati dulu, Senja."
"Gak perlu. Gue bisa sendiri," ujar Senja berdiri.
"Nurut sekali aja kenapa, sih?"
"Gue gak pa-pa, Denis! Gak ada yang perlu dikhawatirkan!" pekik Senja di hadapan Denis. Suaranya yang tadi lempeng, kini menjadi naik satu oktaf.
Denis menarik kasar pergelangan tangan Senja agar kembali duduk.
"Apaan sih, Nis? Gue pengin pulang!" teriak Senja, kemudian meringis menahan sakit di perutnya akibat berkelahi dengan Bara tadi.
"Lo hutang penjelasan sama gue."
Senja terdiam, lalu bergumam pelan, "Hm, apa yang mau lo tanyain? Tiga pertanyaan, gak lebih."
"Oke." Denis menangguk menyetujui, dia mengurungkan niat untuk mengobati Senja. Yang paling penting saat ini adalah penjelasan dari sepupu nakalnya itu.
"Sejak kapan lo ikut balapan?"
"Lima tahun yang lalu."
"Kenapa bisa berantem sama Bara?"
"Dia kalah balapan, terus gak terima. Gue gak peduli sama ucapan dia yang ngatain gue jalang. Tapi, gue gak bisa terima kalau dia bawa-bawa keluarga gue."
Denis mengangguk mengerti, "Kenapa lo bisa kenal dia?"
"Dia musuh bebuyutan gue sejak SMA."
"Gimana bisa?" tanya Denis masih penasaran.
Senja menggoyangkan jari telunjuk ke kiri dan ke kanan, "Mohon maaf kesempatan bertanya Anda sudah habis."
Denis mendengus kesal. Ada banyak pertanyaan-pertanyaan yang bersarang di kepalanya. Bahkan, Denis belum puas dengan tiga pertanyaannya tadi. Karena Senja hanya menjawab singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit untuk Senja
FantasyLangit Nathaniel Arisko, mahasiswa sekaligus anak dari pemilik kampus yang hobinya suka keluar-masuk club dipertemukan dengan Senja, seorang gadis yang terlalu misterius di mata Langit. Semua berawal dari Senja menyelamatkan seorang mahasiswa lain y...