34. Cemburu?

3K 384 37
                                    

Happy Reading!♡

***

"Maafkan Papa."

Bersamaan dengan ucapan tersebut, kenangan buruk di masa lampau kembali terputar dalam benak Senja. Bayangan ketika mereka menyiksanya kembali muncul begitu saja di permukaan.

Dengan tangan yang terkepal kuat di samping badan, Senja memejamkam matanya dengan erat. Sementara Aris semakin merapatkan tubuhnya pada putrinya tersebut, hingga tiba saatnya Aris tersentak hebat ketika Senja tiba-tiba mendorongnya dengan sekuat tenaga.

Aris menatap Senja dengan tatapan pilu. Tangannya berusaha menggapai putrinya, namun dengan cepat ditepis secara kasar.

"Pergi!" sentak Senja dengan kasar. Matanya sudah memerah sejak tadi. Senja memundur perlahan ketika Aris terus saja bergerak maju.

"M-maaf, Senja," kata Aris sekali lagi. Melihat putrinya menangis di hadapannya saat ini, membuat hatinya tercubit bukan main.

Sungguh, jika ia memiliki kemampuan untuk memutar kembali waktu ke masa lampau, Aris sama sekali tidak ingin mengotori tangannya dengan memukul dan hampir menghabisi putrinya sendiri.

"Kita pulang, ya, Sayang," bisik Aris pelan, berusaha membujuk putrinya.

"Papa tau, kesalahan Papa nggak bisa dimaafkan," sesal Aris, Senja masih terus menangis sambil terdiam di tempatnya. "Tapi Papa ingin membangun kembali keluarga kita."

Untuk percobaan kesekian kali, Aris kembali mendekati Senja yang menatap kosong ke bawah dengan air mata yang mengalir deras dari pelupuknya.

Ketika Aris memeluknya, Senja tersentak dan meronta di dalam pelukan Papanya. Namun, kali ini Aris tidak akan melepaskan putrinya begitu saja. Ia sudah bertekad akan membawa Senja-nya pulang.

Di tengah-tengah Aris yang sedang mati-matian memeluk Senja dengan erat, tiba-tiba saja jas kerjanya ditarik oleh seseorang dari belakang dengan kasar.

"Lepas, Pa!"

Itu suara Bintang yang baru saja berlaku kasar kepada papanya sendiri. Cowok itu baru saja datang bersama Langit.

"Bintang, Papa cuma ngajak Senja pulang, dan setelahnya kita bisa bersama-sama lagi." Aris mencoba menjelaskan.

"Tapi nggak gitu caranya, Pa!" seru Bintang murka.

"Papa nggak liat dia ketakutan?!" Bintang menunjuk ke belakang--- ke arah Senja yang menangis ketakutan dan sedang ditenangkan oleh Langit. "Dia trauma, Pa. trauma!"

"Tapi Papa nggak berniat jahat sama Senja," kata Aris dengan nada melemah. Pria itu terlihat lusuh saat ini. Jas dan kemeja yang berantakan, juga dasi yang mulai mengendur.

"Senja, maafin Papa," ujar Aris dengan lirih sambil menengok ke arah Senja yang membuang muka.

Bintang menetralkan emosinya. Cowok itu meminta Langit agar membawa Senja pergi dari sana.

Setelah memastikan keduanya benar-benar hilang dari penglihatannya, Bintang mendekati papanya.

"Maaf kalau Bintang kasar sama Papa," sesalnya dengan nada merendah. "Papa jangan khawatir, aku akan coba bujuk Senja asal Papa bisa atasi Mama."

***
Langit membawa Senja pergi dari sana menggunakan motor miliknya---sesuai dengan instruksi Bintang.

Di sinilah keduanya sekarang. Baru saja sampai di depan minimarket yang tak jauh dari kampus mereka.

Langit masuk ke dalam minimarket tersebut tanpa berbicara sepatah katapun kepada Senja. Sementara Senja sendiri duduk di kursi yang disediakan di depan minimarket.

Perempuan itu tidak lagi menangis, namun matanya masih sembab. Tangan Senja menarik paksa ujung lengan sweater yang dipakainya saat ini.

"Minum!"

Senja sedikit tersentak saat pipinya terasa dingin, juga dibarengi dengan suara berat Langit yang tiba-tiba.

"Makasih," balas Senja singkat setelah menerima minuman yang dibelikan oleh Langit.

Keduanya tidak ada yang berbicara sedikitpun. Entah mengapa, ada rasa canggung di antara Langit dan Senja. Mungkin karena beberapa minggu terakhir tidak ada interaksi di antara keduanya.

"Apa kabar?" Langit membuka suara. Sementara Senja mengangkat alisnya.

"Lo ngomong sama gue?"

"Lo liat orang lain di deket gue selain lo saat ini, Senja Laksani Paramitha?" tekan Langit dengan gemas.

Senja mengedikkan bahu, lalu meminum seteguk air mineral dingin yang dibeli oleh Langit tadi.

"Nggak pantes aja lo nanya gitu."

Langit berdecak, lelaki itu membuang muka dengan kesal.

"Becanda, nanti gue beliin eskrim," sambung Senja berusaha membujuk Langit saat melihat ekspresi kesal lelaki itu.

"Lo lagi ngerayu gue?" Langit memicingkan mata curiga.

"Gue lagi ngebujuk bayi gede, bukan ngerayu."

"Sama aja."

"Gak!" tegas Senja. Langit berdecak kesal, melawan wanita memang tidak ada habisnya.

"Terus, maksud lo bilang bayi gede apa?"

"Kan lo emang bayi gede," balas Senja sekenanya.

"Lo emang suka nyari ribut, ya, dari dulu sama gue!"

Senja tak menanggapi, perempuan itu merotasikan matanya dan kembali meminum minuman miliknya. Langit mengamati gerak gerik Senja, mulai dari perempuan itu memutar tutup botol, hingga meneguk air mineral miliknya.

"Gue secantik itu, ya, sampe lo ngeliat kayak gitu?" kata Senja setelah meletakkan botol di atas meja.

Langit cepat-cepat mengalihkan pandangan. Cowok itu memasang ekspresi jijik yang berlebihan.

"Cih, najis!"

"Emang gue nggak cantik di mata lo?"

"Nggak," balas Langit menatap ke arah lain.

Senja mengangguk sekilas, kali ini ia berusaha ingin menggoda Langit.

"Tapi kok kata Kak Rama kemaren gue cantik, ya?" pancing Senja. Benar saja. Langit meliriknya, walau hanya sekilas.

"L-lo ... jadian sama dia?" kata Langit dengan nada pelan.

"Belum sih. Tapi katanya dia suka sama gue, menurut lo gimana?"

"Gak tau!" ujar Langit dengan kesal. Terlihat sekali bahwa cowok itu mati-matian berusaha mengendalikan amarahnya. "Pikir aja sendiri!"

Senja berdeham sambil mengangguk-ngangguk. "Emang kalau gue jadian sama Kak Rama, lo bolehin?"

"Ya nggak lah!" Langit berdiri dari tempatnya, menatap Senja dengan sengit. Sementara Senja sendiri sedikit kaget atas tindakan Langit barusan.

Langit menuding wajah Senja. "Lo liat aja kalau sampe lo jadian sama dia. Rama bakal gue abisin."

***

Halo.

Maaf ya, untuk part ini segini dulu hehe.
Kemarin udah mau update, tapi belum ada kuota huhu😭

Akhirnya Langit sama Senja satu scene lagi wkwk.

Satu kata untuk part ini?

Langit untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang