29. Langit dan Aldi

4.6K 506 49
                                    

Happy Reading!♡
Jangan lupa tinggalkan jejak, ya!

***

"Astaga, banyak banget!" Bulan memberenggut kesal sambil menempelkan kepalanya di atas meja kafetaria dengan rambut yang menutupi wajah cantiknya. Bibir mungilnya maju beberapa senti menambah kesan lucu bagi siapapun yang melihatnya.

Senja datang, baru saja ke luar dari toilet beberapa saat lalu. Gadis itu menggeleng pelan sambil berujar, "Ngeluh mulu."

"Banyak, Sen," ujar Bulan tetap dalam posisinya. Suara yang lirih menandakan keputusasaan dalam diri gadis itu.

"Kan udah gue bantuin."

Kali ini Bulan menegakkan badannya, sambil mencibir Senja, "Lo juga bantuin cuma tiga puluh persen."

"Bersyukur!" hardik Senja. Dengan punggung yang disandarkan pada sandaran kursi. Tangannya melipat di depan dada sambil menatap sinis Bulan yang ada di depannya.

Bulan mendengus keras sambil menegakkan tubuh dan merapikan rambutnya yang berantakan. Matanya melotot menatap Senja, namun sedetik kemudian perempuan itu kembali melorotkan tubuhnya.

"Bisa nggak sih kalo tugasnya dikurangin?" dumel Bulan sambil sesekali mencomot kentang goreng miliknya. "Atau nggak, bisa nggak sih kalo gue bayar orang aja?"

Dengan cepat Senja mengambil sebatang kentang goreng milik Bulan, lalu melemparkannya kepada gadis itu.

"Bisa nggak sih, lo jangan ngeluh mulu?"

Bulan berdecak kesal, "Lo nggak ngerti sih!"

"Gue juga sama kali, kayak yang lo rasain sekarang."

"Ya, lo nya kan enak karena lo pinter---otak lo encer. Lah gue?" Bulan menunjuk wajahnya sendiri dengan frustasi. "Otak gue kentel anjir."

Senja sebenarnya merasa kesal dengan orang yang selalu mengeluh seperti Bulan.

"Lan," panggil Senja pelan. "Gue sebenernya jengkel karena lo daritadi ngeluh mulu. Tapi---gue lagi males ngoceh."

"Astaga!" hardik Bulan. Menetralkan napas, Bulan memikirkan cara untuk mengalihkan pembicaraan---juga agar dia tidak terlalu pusing dengan tugasnya yang menumpuk.

"Ngomong-ngomong, gue denger lo udah nggak jadi asistennya Kak Langit," ujar Bulan memancing.

Senja mengangguk membenarkan. "Kenapa?" tanya Bulan lagi.

"Gue juga nggak tau." Senja menggaruk pipinya yang tak gatal sambil berpikir keras, "Apa jangan-jangan, dia ada tersinggung sama ucapan gue, ya?"

Dalam hati Bulan tertawa senang, karena topik tentang Langit ini berhasil mengalihkan perhatian Senja yang sedari tadi memerintahkan Bulan untuk mengerjakan tugas.

"Emang lo ada omongan apa?"

Mencoba mengingat-ingat kembali, Senja berusaha untuk flashback ke beberapa hari lalu.

"Gue nggak ada omongan apa-apa sih, tapi ...."

"Ngapain lo di sini?" tanya Langit dengan nada tak suka. Rama tak berani menjawab.

"Dia sama gue." Senja menyahut, menghampiri mereka. Langit kembali menatap Senja dengan wajah terlihat kesal.

"Ngapain dia sama lo? Si cupu ini nge-date sama lo?"

"Kenapa lo harus tau?"

"Karena gue bos lo."

Senja berdecih, "Bukan berarti lo bos gue, jadi lo bisa berpikir kalo lo mau ngendaliin hidup gue."

Langit untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang