Happy Reading❤
Tolong tandai bagian yang typo, ya!***
Rama mengernyit bingung ketika melihat Senja memasuki ruang kesehatan dengan keadaan yang tidak bisa dibilang baik-baik saja.
Saat ini, giliran Rama yang menjaga ruang kesehatan sebagaimana dia adalah anggota organisasi PMR.
"Kenapa, Sen?" Rama bertanya sambil memapah Senja agar duduk di brankar. "Kamu habis berantem? Kok bisa lebam gini?" tanya Rama.
Senja berdecak, merebahkan tubuhnya di atas brankar. Kepalanya terasa pening, juga bibir yang terasa sedikit perih.
"Sen ...," panggil Rama. "Kamu butuh sesuatu? Nanti biar aku yang ambilin," ujar lelaki itu dengan lembut.
"Gue cuma butuh lo diem, Kak," gumam Senja, seraya menutup matanya.
Menghembuskan napas kasar, Rama mengambil alkohol dan kapas, lalu duduk di kursi---tepat di samping brankar tempat Senja berbaring.
Setelah menuangkan alkohol di kapas, tangan lelaki itu mengobati sudut bibir Senja yang memang terlihat merah dengan hati-hati.
Walaupun Senja tak mengatakan apapun, Rama tahu gadis itu merasa nyeri pada sudut bibirnya. Hal itu terbukti dengan matanya yang sesekali memejam kuat, juga ringisan yang ke luar dari bibir tipis gadis itu.
"Gue abis berantem sama Rara," ujar Senja akhirnya. Matanya tetap terpejam, dan hanya menikmati setiap sentuhan Rama.
Rama mendongak, menatap wajah cantik di depannya ini. "Tunangan Langit?" tebaknya. Senja mengangguk singkat sebagai jawaban.
Menggeleng pelan, Rama benar-benar tak habis pikir dengan Senja. Jiwa pemberani gadis ini terlalu mendominasi.
"Perkara Langit?" tebak Rama lagi. Tidak ada jawaban dari perempuan itu, dan itu artinya Senja mengiyaksn atas pertanyaan Rama.
"Kamu suka sama dia?"
Kali ini Senja langsung terbangun dari tempatnya. Matanya mengerjap pelan, lalu menoleh ke samping---tempat Rama duduk.
"Gak mungkin gue suka sama cowok angkuh dan keras kepala kayak Langit!" bantah Senja.
Rama tertawa geli. Kedua matanya sampai menyipit di balik kacamata lelaki itu. "Bukannya kamu juga sama keras kepalanya?" kata Rama sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Apaan sih!" gertak Senja kesal. Gadis itu kembali mengambil posisi rebahan dan memejamkan mata lagi.
''Jadi, kamu beneran nggak suka sama Langit, 'kan?'' Rama kembali bertanya dengan raut wajah tak yakinnya.
Senja berdecak kesal sebelum akhirnya melayangkan tatapan tajam kepada laki-laki itu. ''Nggak!''
Rama tersenyum senang, ''Berarti aku masih punya kesempatan dong?" Rama bersuara setelah beberapa detik hening.
"Kesempatan apa?" tanya Senja, kebingungan.
"Kesempatan untuk masuk ke dalam hati dan hidup kamu."
Senja berdecak karena merasa tak percaya dengan lelaki itu katakan. "Gue gak suka cara lo bercanda, Kak!" tegurnya.
"Aku serius, Sen."
Sebuah jawaban singkat dari Rama, namun berhasil membuat Senja terbangun kembali dari posisinya. Ditatapnya mata Rama dengan dalam hingga terjadilah aksi tatap-tatapan.
"Gue masih kecil untuk pacaran, Kak," jawab Senja dengan nada dingin.
Lagi, Rama dibuat tertawa geli atas jawaban Senja. Memangnya di jaman sekarang ini cinta masih memandang usia? Bahkan anak SD pun juga sudah memiliki pasangan. Lagipula, Rama hanya bertanya, bukan berarti dia ingin Senja menjalani hubungan dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Langit untuk Senja
FantasiaLangit Nathaniel Arisko, mahasiswa sekaligus anak dari pemilik kampus yang hobinya suka keluar-masuk club dipertemukan dengan Senja, seorang gadis yang terlalu misterius di mata Langit. Semua berawal dari Senja menyelamatkan seorang mahasiswa lain y...