Happy Reading
Jangan lupa tinggalkan jejak, ya!❤
***"Makan!"
Itu suara Langit yang terdengar memberi perintah untuk Senja. Kalian jangan salah paham dulu. Langit bukan menyuruh gadis itu untuk makan, melainkan memberi instruksi agar Senja mengambil makanan untuk Langit sendiri.
Dalam hati, Senja terus mendumel dan mengumpat kepada Langit yang memerintahnya seenak jidat. Tidak ingin berdebat dengan Langit yang selalu ingin menang sendiri, Senja menuruti perintah lelaki itu tanpa protes.
"Cepet, woi!" teriak Langit saat merasa Senja berjalan lelet dengan semangkok mie ayam di tangannya.
"Lo kalau gak bisa sabar, pesan sendiri sana!" Senja meletakkan mangkok itu di hadapan teman boss besarnya. Sungguh, jika bukan karena Langit yang menolongnya dan membuat Senja merasa memiliki hutang budi, maka Senja bersumpah akan menghabisi Langit detik ini juga.
"Yang sabar, ya, Dek Senja." Rangga menepuk pundak Senja pelan ketika gadis itu duduk di tengah-tengah dirinya dan Langit.
"Singkirin tangan lo dari asisten gue!" peringat Langit kepada temannya itu.
Rangga mencibir pelan. Sedangkan Senja, dia memilih diam sambil mendengarkan pekikan Bulan ketika gadis itu menonton sebuah video demo yang sedang ramai diperbincangkan. Memang Bulan akhir-akhir ini suka mengintil kemanapun Senja pergi, padahal Senja sudah terang-terangan mengusirnya. Tapi, memang dasarnya saja Bulan keras kepala.
"Ya ampun, mas-mas yang pakai almamater warna pink cara duduknya gitu banget sih," Bulan tersenyum lebar sambil memandangi layar ponselnya. "Pasti orangnya cool nih, kayak di cerita novel."
"Alah, gantengan juga gue!" Bulan melirik sinis Dion yang mencibirnya. Lelaki itu, memang tingkat kepercayaan dirinya di atas rata-rata.
"Hm, gue akui mahasiswa Indonesia sekarang jiwa patriotismenya memang patut dibanggakan," sahut Senja. Bulan dan beberapa lelaki teman-teman Langit menoleh ke arahnya yang bersuara. Terkecuali Langit, lelaki itu tampak acuh, namun indra pendengarnya bisa menangkap jelas apa yang diperbincangkan sekeliling lelaki itu.
"Nah, kan, Senja aja setuju!" ujar Bulan menggebu karena merasa Senja berada dipihaknya. "Apa lagi karena mereka ganteng-ganteng, iya 'kan, Sen?"
Senja meneguk jus mangga miliknya yang sudah tersisa setengah gelas lagi. "Gue gak peduli mereka good looking atau nggak. Bagi gue, cowok yang public speaking-nya lancar, itu yang sempurna."
Seketika semua orang di meja itu bertepuk tangan riuh mendengar rentetan kalimat Senja. Bahkan, Dion dan Rangga sampai bersiul karenanya. Mereka benar-benar memfokuskan atensinya untuk Senja. Sedangkan Langit, dia berdecih sinis sambil melirik Senja melalui ekor matanya. Lain halnya dengan Bintang yang juga ada di sana, Bintang menatap jengah teman-temannya yang termakan omongan bocah kecil yang baru gede.
"Tapi nggak menampik juga, beberapa di antaranya cuma ikut-ikutan demo, alias nggak tahu apa-apa," lanjut Senja.
"Maksud lo?" Kali ini giliran Kevin yang bertanya dengan alis yang menukik bingung.
Senja mengedikkan bahu. "Menurut gue sangat disayangkan beberapa dari mereka cuma pansos doang." Senja menyenderkan punggungnya di kursi kantin. "Lo semua tahu yang namanya mas Firman anak mahasiswa UGM tahun lalu?" Semua menggeleng secara bersamaan sebagai jawaban atas pertanyaan Senja.
"Emang dia siapa?"
"Mas Firman itu salah satu mahasiswa UGM yang diundang ke salah satu acara stasiun televisi. Lo tahu? Menurut gue, dia cerdas banget, sampai-sampai diundang ke acara TV politik seperti itu," lanjut Senja.
![](https://img.wattpad.com/cover/238980766-288-k113682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit untuk Senja
FantasyLangit Nathaniel Arisko, mahasiswa sekaligus anak dari pemilik kampus yang hobinya suka keluar-masuk club dipertemukan dengan Senja, seorang gadis yang terlalu misterius di mata Langit. Semua berawal dari Senja menyelamatkan seorang mahasiswa lain y...