21. Awal Kebahagiaan

11.8K 997 53
                                    

"Kebahagiaan yang sesungguhnya adalah ketika kamu mulai berdamai dengan keadaan dan duduk bersama orang-orang terdekatmu."
-Senja Laksani Paramitha-

Happy Reading❤
Tolong tandai bagian yang typo, ya!

***

Senja tersenyum tipis, meneliti setiap ekspresi di ruangannya yang dipenuhi oleh beberapa manusia. Setelah sadar kemarin, Senja langsung dipindahkan dari ruang ICU, menuju ke ruang pribadi. Padahal, Senja sudah meminta kepada Vera agar ditempatkan di ruangan biasa saja. Namun, wanita paruh baya itu tetap acuh dan memegang teguh pendiriannya.

"Muka lo jelek banget, Lan!" ujar Arga sambil tertawa mengejek ekspresi Bulan saat sedang ber-selfie ria.

"Ih, Kak Arga! Lo gak tau apa muka gue ini titisan Gigi Hadid, istrinya Zayn!" hardik Bulan dengan raut wajah cemberut khasnya.

Arga menaikkan sebelah alisnya bingung, merasa asing dengan nama yang disebutkan. "Zayn siapa?"

"Zaynudin?" tebak Bastian, menggoda.

"Zaynab?" Kali ini giliran Revan yang ikut menebak. "Atau Zaynul Daratista?"

"Heh, kurang ajar kalian semua!" seru Bulan dengan ekspresi kesal. Seketika suara gelak tawa memenuhi ruangan ketika melihat reaksi Bulan. Bahkan, Senja pun ikut tersenyum kecil sambil menggeleng pelan.

Suka cita dan canda tawa mendominasi ruangan dan hati Senja. Gadis itu merasa senang melihat ekspresi kebahagiaan teman-temannya seperti ini. Ah, mengapa dia tidak pernah menikmati kebersamaan ini dari dulu?

"Nih, nasi goreng pesanan kamu," ujar Brama memasuki ruangan dengan sebungkus nasi goreng dan juga bubble tea pesanan Senja.

"Makasih, Ayah," jawab Senja menerima bungkusan nasi goreng, lalu melahapnya.

Brama tersenyum sambil mengelus rambut Senja dengan kasih sayang. "Anything for you, Sayang."

Langit yang ada di samping kanan Senja tiba-tiba saja menepuk keras punggung gadis itu. Senja tersedak, Langit menampilkan raut wajah menjengkelkan.

"Uhuk! Uhuk!" Senja menoleh ke arah Langit, lalu menatap tajam lelaki itu. "Ngajak ribut lo?!"

Langit terkekeh pelan melihat ekspresi Senja, "Baca doa dulu!" perintahnya.

"Udah!" jawab Senja dengan nada ketus, lalu kembali memasukkan sesuap makanan ke dalam mulutnya.

"Kapan?"

"Tadi."

Langit mengangkat sebelah alisnya dan bersedekap dada, memasang wajah tak yakin. "Kok gue nggak denger?"

"Ya dalam hati, lah! Emangnya harus banget gue doa sambil teriak?!" hardik Senja, lalu meletakkan bungkus nasi goreng miliknya di atas meja. Hilang sudah selera makannya.

Melihat itu, Langit terkekeh pelan dan duduk di samping Senja, lalu mengambil bungkus makanan tersebut. "Makan yang banyak, Sen! Lo baru siuman," ujarnya dengan nada melemah sambil menyuapkan sesendok nasi goreng.

Senja menerima suapan itu. "Bilang aja lo pengin gue cepet sembuh biar bisa lo suruh-suruh," ujarnya sambil meminum bubble tea miliknya.

Langit mendengus. "Su'udzon mulu. Ada masalah apa sih lo sama gue?!" ujar Langit sambil memasang ekspresi kesal. "Tapi emang itu salah satunya sih," imbuh lelaki itu sambil tertawa kecil. Senja mencibir.

"Ekhem! Ekhem!" Galang yang baru datang bersama Brama terbatuk dengan sengaja, diikuti dengan beberapa orang yang lainnya, seolah mereka tengah menggoda kedua insan yang asyik berdebat itu.

Langit untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang