32. Dinner

4.4K 487 123
                                    

Happy Reading!
Jangan lupa tinggalkan jejak, ya!

***
Mengingat semua makanan yang ada di kulkas kemarin telah dibuang oleh Vera, jadi Senja harus pergi berbelanja kali ini. Sesuai perintah Vera, tidak akan ada lagi yang namanya junk food di kulkas Senja.

Untungnya, Vera memberi uang ganti rugi atas makanan cepat saji tersebut. Dan, di sinilah Senja sekarang. Bersama Bintang di dalam sebuah supermarket di mall, sekalian mencari untuk makan siang.

Menurut Senja, cewek itu lebih baik mengajak Bintang daripada Denis. Mengingat sepupunya yang amat cerewet tersebut membuat Senja malas sendiri. Lagi pula Senja dan Bintang juga belum pernah melakukan quality time seperti hari ini.

"Kamu butuh apa lagi?" tanya Bintang sambil melihat keranjang dorong yang mulai penuh.

Senja tampak berpikir sejenak, mencoba mengingat apa lagi yang kurang dalam keranjang tersebut. Namun, sedetik kemudian perempuan itu menggeleng pasti.

"Udah cukup kok," balas Senja seadanya.

"Kamu yakin? Coba diinget lagi." Senja menggeleng sekali lagi atas jawaban dari pertanyaan Bintang.

"Yakin. Lagian kalo misalnya ada yang kurang, nanti bisa belanja lagi," jawabnya enteng.

Bintang terkekeh gemas. Adiknya ini ternyata terlalu menggampangkan sesuatu. Tangan Bintang terulur untuk mengelus rambut Senja, sedetik kemudian cowok itu menyentil kening adiknya hingga gadis itu mengaduh kesakitan.

"Jangan terlalu menggampangkan sesuatu, Sen!" tegur Bintang sambil mengelus kening Senja.

Senja hanya berdeham sebagai jawaban. "Ya udah, biar Kakak bayar dulu," ujar Bintang.

"Nggak usah, gue bawa duit sendiri."

"Itung-itung juga Kakak lagi berusaha buat nyenengin kamu," final Bintang sambil merangkul pundak adiknya dan berkedip menggoda.

"Najis!" balas Senja bergedik ngeri melihat kelakuan saudaranya. Bintang tertawa renyah, membuat beberapa orang yang ada di supermarket tersebut menoleh ke arah mereka.

Sekilas jika dilihat, mungkin orang akan mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Mengingat bahwa keduanya seumuran, membuat mereka tidak terlihat seperti adik dan kakak.

"Jangan gitu, ntar kamu jatuh cinta sama Kakak." Bintang tertawa geli atas ucapannya sendiri.

"Ogah!"

***

Suasana kediaman Arisko terlihat sedang menjalani makan malam dengan hikmat. Jika biasanya hanya ada Rasti dan Aldi dan Langit, kini meja makan bertambah anggota lagi.

Kedua orangtua Rara bersama kedua putri mereka, dan kedua adik dari Aldi Bagaskara Arisko.

Suasana meja makan hening karena semua orang memang fokus dengan makanan masing-masing. Bahkan, suara dentingan sendok dan garpu nyaris tak terdengar.

Tak terasa, mereka sudah menghabiskan hidangan penutup berupa Gelato. Gelato adalah es krim yang berasal dari Italia dengan teksturnya yang lembut dan beraneka rasa.

"Terima kasih atas undangan makan malamnya hari ini." Ramon---Papa Rara membuka topik obrolan setelah dirasa semua orang selesai dengan makanan masing-masing.

Keluarga Langit menanggapi dengan senyuman, kecuali Langit. Cowok itu tanpa segan mengambil tusuk gigi dan membersihkan sisa makanan di mulutnya. Tentunya saat melihat itu, keluarga Rara bersikap maklum menanggapinya.

"Sama-sama," kata Aldi dengan senyum ramahnya, namun tetap terlihat berwibawa. "Lagipula kita sudah lama tidak makan dan berbincang bersama, terlepas atas kesibukan masing-masing."

Langit untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang