Happy reading!♡
Tolong tinggalkan jejak, ya!***
Sudah beberapa minggu sejak kejadian di rooftoop waktu itu, Langit terus saja menghindar dari Senja. Hal itu membuat banyak orang keheranan. Termasuk juga Bintang---Kakak Senja yang saat ini berada di dekat Langit.
Bintang melemparkan sekaleng minuman soda yang langsung ditangkap oleh Langit.
Langit segera membuka tutup kaleng tersebut kemudian menegaknya hinga tandas. Tatapannya lurus ke depan, sambil meremas bekas kaleng bersoda miliknya.
Sebenarnya, ada banyak hal yang ingin Langit tanyakan kepada dirinya sendiri. Salah satunya tentang mengapa dirinya merasa tidak suka ketika mengetahui Senja membela Rama di depan matanya. Padahal gadis itu tahu, Rama adalah rival sekaligus orang yang paling ia benci.
"Sial!" Tanpa sadar mulutnya mendesis kecil sambil mengumpat. Bintang mendengarnya. Menaikkan sebelah alis keheranan, dia bertanya kepada Langit. "Kenapa lo?" tanya Bintang.
"Nggak," jawabnya singkat. Langit merasa kacau. Di satu sisi dia senang Senja tidak lagi menyakiti dirinya sendiri. Bukankah memang sejak awal itu adalah tujuan Langit ketika dia mengklaim Senja sebagai asistennya?
Kini dia berhasil. Walau dia tak tahu Senja berhenti menyakiti dirinya berkat Langit atau orang lain, namun, setidaknya Langit cukup bersyukur akan hal itu.
Lantas, mengapa Langit merasa ada penolakan dalam dirinya? Yaitu hatinya. Seharusnya dia mulai menjauh ketika Senja sudah sembuh dari kebiasaannya---sesuai kesepakatannya bersama Denis beberapa bulan lalu. Lihatlah dirinya kini, bahkan merasa tak rela jika harus menjauhi Senja.
"Jadi, lo sengaja buat adek gue jadi babu lo?" Celetukan itu berasal dari Bintang yang membuyarkan lamunan Langit.
Langit berdecak. "Asisten!" koreksinya.
"Sama aja!"
"Ya, 'kan itu semua karna maunya sepupu lo," ujar Langit tak mau kalah.
"Tapi nggak harus gitu juga!" Bintang berdiri, sambil berkacak pinggang.
"Gue nggak pinter ngerayu cewek." Langit menghela napas sambil menyandarkan tubuhnya di sofa nyaman yang selalu ditidurinya ketika berkunjung ke apartemen Bintang. "Apa lagi ceweknya kayak adek lo."
"Emang kenapa sama adek gue?" Bintang bertanya dengan sinis.
"Ya, lo bayangin, lah! Adu bacot sama dia mulu tiap hari, lo pikir nggak capek?!"
"Emang siapa yang nyuruh lo adu bacot sama Senja?!"
Langit menggertakkan giginya, lalu menghela napas lelah. "Udahlah!" Tangan lelaki itu melambai ke udara pertanda menyerah. "Lagian semuanya juga udah selesai, mungkin juga Senja lebih bahagia sama Rama," lanjutnya sambil menutup kedua matanya. Bintang mengambil duduk di depan Langit dan Langit tahu itu.
"Lo cemburu?" tebak Bintang.
Langit berdecak. "Lo pengin banget kayaknya kalo gue jadi calon adik ipar lo."
Bintang mengabaikan kalimat terakhir Langit. "Sekarang gue mau tanya sesuatu sama lo." Raut wajah Bintang mendadak serius menatap sahabatnya.
"Apa lo gak suka liat Senja deket sama Rama?" Mendengar itu, Langit mengangguk tanpa sadar sambil tetap memejam.
"Apa lo selalu pengin ada di sana di saat titik terendahnya?" Langit kembali mengangguk.
"Apa lo selalu ngerasa kurang kalau nggak ada dia?"
"Apa lo nggak suka setiap kali ngeliat Senja dekat sama cowok lain kecuali anggota keluarga dia?"
Berulang kali Langit mengangguk tanpa sadar atas jawaban yang dilontarkan oleh Bintang.
![](https://img.wattpad.com/cover/238980766-288-k113682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit untuk Senja
FantasyLangit Nathaniel Arisko, mahasiswa sekaligus anak dari pemilik kampus yang hobinya suka keluar-masuk club dipertemukan dengan Senja, seorang gadis yang terlalu misterius di mata Langit. Semua berawal dari Senja menyelamatkan seorang mahasiswa lain y...