Pada hari berikutnya, Bintang, Senja, dan Denis berangkat ke kampus bersama. Ketiganya sama-sama menjadi pusat perhatian karena para penghuni kampus baru saja mengetahui satu fakta yang terkuak ; Bintang dan Senja adalah saudara kandung. Sementara Denis juga bagian dari sepupu Bintang.
Jika biasanya mereka seperti orang asing, kini ketiganya terlihat akrab dengan warna baju yang sama, juga jangan lupakan tangan Bintang dan Denis yang mengacak rambut adiknya dengan gemas sambil sesekali menjahilinya.
Dari kejauhan Arga, Revan, dan Galang tampak hendak menghampiri mereka.
"Weitss ... gini dong, akur!" Galang terdengar pertama kali bersuara ketika sampai di hadapan ketiganya.
Senja, Denis, dan Bintang hanya menatap satu sama lain sebagai tanggapan atas kalimat Galang.
"Iya, nih, kan adem liatnya kalo rukun begini," timpal Revan.
"Kalo gue, sih, lebih enak liat mereka ribut. Kan ntar kalo gue pisahin, jadi gue yang dapet pahala dan biarin mereka dapet dosa," celetuk Arga---ngaco.
Seketika kelima manusia itu langsung menatap Arga dengan datar. Lelaki yang kerap kali dijuluki sebagai si baby face tersebut selalu saja berhasil merusak suasana.
"Apa, sih, nggak nyambung!" kata Galang jengah.
"Berjanda," sahut Arga jenaka. Namun, tidak ada yang tertawa atas kelakar laki-laki tersebut. Kelima manusia tersebut malah menatap datar ke arah Arga.
"Apa?" kata Arga, lagi.
Bintang menggeleng pelan. Dia melihat Langit, juga teman-temannya dari kejauhan mendekat ke arah mereka. Namun, seperti ada yang salah, aura Langit terlihat lebih bersinar dari hari terakhir mereka bertemu. Hal itu membuat kening Bintang mengkerut dalam sambil tersenyum tipis.
"Hai!" sapa Langit pertama kali ketika pertama kali sampai di tempat tujuannya.
"Hai, Langit! Lo pasti nyari gue, ya?" Itu Arga yang menyahut dengan nada jahilnya.
"Tumben," gumam Bintang sambil tersenyum.
"Bukan buat lo pada," sahut Langit, pandangannya masih terkunci ke arah seorang gadis yang sedari tadi menjadi sasaran pandangannya pagi ini.
"Hai?" kata Langit, sekali lagi.
Sambil mengikuti arah pandangan Langit, seketika sekumpulan anak manusia itu dapat memahami situasi yang terjadi.
Senja tersenyum kecil, "Pagi, Langit!" balas perempuan itu dengan ramah.
Seketika sekumpulan manusia itu langsung menggoda kedua insan berlawanan jenis yang sedang di mabuk asmara.
"Aduh, Langit yang disenyumin, gue yang meleyot," celetuk Rangga. Ngomong-ngomong tentang Rangga, cowok itu kini memakai kaos putih polos dengan balutan kemeja kotak-kotak berwarna hitam-putih.
"Alay!" ujar Denis.
Bintang berdeham pelan, lelaki itu melirik menggode ke arah Senja, lalu mengacak rambutnya dengan gemas. "Oh, gitu, ya, sekarang." Bintang sedikit menganggukkkan kepalanya. "Ada yang taken tapi nggak bilang-bilang."
Mendengar hal itu, kali ini gantian Senja yang melirik kakaknya dengan bingung. "Emang siapa yang taken?" tanya Senja dengan bingung. Senyuman Bintang luntur, begitupun yang lainnya.
"Parah, parahh!" Arga berseru histeris.
"Aduh, parah sih ini, Men!" Revan juga ikut mengompori. Cowok itu berpindah posisi, merangkul Langit dari samping dan bertingkah sok akrab. "Kalau gue jadi lo sih, udan cari tali buat gantung diri, Bro."
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit untuk Senja
FantasyLangit Nathaniel Arisko, mahasiswa sekaligus anak dari pemilik kampus yang hobinya suka keluar-masuk club dipertemukan dengan Senja, seorang gadis yang terlalu misterius di mata Langit. Semua berawal dari Senja menyelamatkan seorang mahasiswa lain y...