9. Kesal

12.1K 1K 84
                                    

Happy Reading❤
Jangan lupa tinggalkan jejak, ya!💕

***

Jalanan masih terlihat sepi. Namun, terdengar ramai saat motor merah ninja milik Langit melintas di jalan raya. Tadi pagi, Langit berhasil membujuk Maminya untuk mencarikan kunci motor ninja kesayangannya yang disembunyikan oleh Haris---papi Langit.

Bukan hanya kunci motornya saja yang disita, bahkan kunci mobil, dan kartu kredit juga diambil oleh papinya yang menyebalkan itu.

Kalian jangan salah paham dulu. Haris menghukum Langit bukan tanpa alasan. Melainkan, putra nakalnya itu ketahuan sering keluar masuk club malam dengan alasan melepas penat. Orangtua mana yang tidak murka saat mendengar anaknya menjadi bobrok?

Pagi-pagi sekali, Langit sengaja membawa keluar motor itu tanpa suara, anggap saja dia nekat. Tapi, menurut Langit, beberapa hari tanpa kendaraan membuatnya rindu akan suasana di jalanan, karena berkendara dengan kecepatan tinggi sudah mendarah daging dalam dirinya.

Di tengah-tengah kepuasan hati karena sang ibunda menuruti kemauannya, seorang gadis melintas begitu saja di depannya. Suara decitan ban motor terdengar cukup nyaring saat tiba-tiba saja saat Langit menekan rem motor secara mendadak.

"Shit!" umpat Langit di balik helmnya. Dia teramat benci ketika seseorang menghentikan aksi mengebutnya di jalan raya, entah itu sengaja atau tidak.

"Woy, kalau jalan itu liat-liat! Jangan seenaknya aja lo!" hardiknya kepada gadis itu.

Sedangkan gadis itu sendiri masih menegang karena dirinya hampir saja tertabrak. Dirinya mundur secara perlahan. Reaksi alami ketika gadis itu sedang menghindari seseorang.

"Lo?!" teriak Langit membuka helmnya.

"Lo lagi, lo lagi!" Langit mendengus terang-terangan, "Kenapa sih, lo itu selalu aja buat gue kesal?!" lanjutnya tak habis pikir kepada gadis di depannya ini, yang ternyata adalah Senja.

Sedangkan Senja terdiam. Hingga detik selanjutnya, dia langsung membalikkan badannya dan meninggalkan Langit yang masih merasa jengkel terhadapnya.

"Aneh banget tuh cewek main pergi gitu aja." Langit menggelengkan kepala tak habis pikir.

Saat akan melanjutkan perjalanan, mata hitam itu mendapati sebuah bunga mawar putih yang sudah layu tergeletak di tengah jalan. Sepertinya itu milik Senja.

Setelah mengamati sekitar, Langit baru saja tersadar jika dirinya sekarang berada di pemakaman umum.

"Dia dari kuburan?!" monolognya kepada diri sendiri.

***

Denis dibuat kesal setengah mati saat dirinya menjemput Senja di rumahnya, gadis itu sudah berangkat duluan sejak pagi-pagi buta.

"Denis, nanti jangan lupa ajak Senja pulang bareng!"

Itu suara Vera---bundanya, saat melihat Denis baru saja keluar dari rumah kakak iparnya. Wanita itu sejak semalam merecokinya untuk mengajak Senja pulang bersama dan memaksa gadis itu agar pulang ke rumahnya dengan alasan rindu. Dasar emak-emak! rutuknya dalam hati.

"Iya, Bundahara!" pekik Denis tak kalah keras.

"Ashiaapp!" Vera mengacungkan jempolnya kanannya, sedangkan tangan sebelah kirinya digunakan untuk memegang selang guna menyiram tanaman.

Denis bergidik ngeri, langsung saja dia men-stater mobilnya dan pergi dari sana.

Di tengah perjalanan, Denis bersiul sambil sesekali bersenandung ria. Radio di dalam mobilnya diputar dengan volume keras. Menurutnya ada kesenangan tersendiri untuknya saat bernyanyi di dalam mobil sendirian.

Sekitar dua puluh lima menit kemudian, mobil pajero warna hitam milik Denis terlihat memasuki area parkiran kampus.

Denis dengan gaya sok coolnya turun dari mobil, dengan sebelah tangan memegang tas yang tersampir di pundaknya. Sementara satu tangan yang lain digunakan untuk menyugar rambutnya ke belakang, membuat beberapa mahasiswi yang berlalu lalang terpesona dan mematung di tempatnya. Lagi pula, siapa yang bisa menolak pesona Denis Wicaksono? Tidak ada.

Denis melepaskan kacamata hitam yang bertengger di pangkal hidung, lalu digantungkan begitu saja di kaosnya.

"Sorry, lo liat Senja gak?" tanya Denis kepada seorang mahasiswi yang dia ketahui satu jurusan dengan Senja. Mahasiswi itu terlihat mematung. Seolah terhipnotis akan pesona Denis, jari telunjuknya terangkat otomatis menunjuk tempat Senja berada.

"Maksudnya?"

"K-kantin, Kak," ujar mahasiswi itu gugup. Denis tersenyum kecil sambil menggeleng, "Oke, thank's," jawab Denis sambil menyempatkan diri untuk berkedip mata menggoda mahasiswi itu.

Sedangkan gadis itu sendiri masih speechless di tempatnya, walau Denis tak lagi di sana.

Bersambung.
Maaf, aku up malam hehe.
Bagaimana untuk part hari ini?

Satu kata untuk Langit/Senja?🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Satu kata untuk Langit/Senja?🔥

Langit untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang