11. Pelampiasan

12.6K 1K 123
                                    

Happy Reading❤
Jangan lupa tinggalkan jejak, ya!🙂

***
"Seingat saya, kamu punya seorang anak perempuan. Kenapa kamu tidak pernah membawanya ke acara arisan kita, Jeng?" tanya seorang wanita berusia setengah abad kepada Diva sambil menaikkan sebelah kaki ke atas kakinya yang lain.

Diva menegak segelas minuman yang ada di tangannya. "Aku malu membawa anak sialan itu ikut serta dalam acara kita." Matanya berkilat merah dengan bibir yang terkatup erat.

Sementara itu, Senja menggenggam erat gagang pintu rumahnya saat mendengarkan kalimat-kalimat yang terlontar begitu saja dari mulut ibunya. Telapak tangannya terasa dingin, dadanya juga bergemuruh bersamaan dengan setetes air yang jatuh dari pelupuk matanya.

Ya Tuhan, jadi begitu alasan Mama tidak pernah membawaku pergi ke acara temannya? batinnya menjerit keras.

"Deri, siapkan satu lawan untuk malam ini," ujarnya saat menghubungi seseorang di seberang sana, kemudian mematikan panggilan sepihak.

Senja menghapus air matanya lalu menaik napas dalam ketika menaiki motor merahnya. Bak orang kesetanan, gadis itu membawa motornya dengan ugal-ugalan membelah jalanan menuju suatu lokasi ke tempat yang biasa disebutnya, pelampiasan.

***

Dentuman motor bergemuruh dan terdengar memekakkan telinga. Malam ini, ada sembilan orang yang  mengikuti perlombaan, termasuk Senja.

Namun, beratnya saingan tidak mematahkan semangat Senja yang lagi-lagi kembali berhadapan dengan Bara. Gemuruh di dada Senja bertambah, kala mengingat terakhir pertemuannya dengan Bara.

Sudah hampir setengah jam berlalu, namun perlombaan belum dimulai karena peraturannya adalah peserta harus genap, sedangkan di area balap hanya ada sembilan orang.

"Oke, semua. Dikarenakan peserta malam ini terhitung ganjil, maka salah satu dari kalian harus mundur." Itu  Deri yang bersuara untuk memberi instruksi kepada seluruh peserta. Suasana menjadi riuh karena beberapa peserta tidak terima atas keputusan Deri yang terlihat tidak adil.

Senja memakai helm dan sarung tangannya. Dia sudah bertekad tidak akan mundur, karena inilah satu-satunya pelampiasan dari rasa sakit hatinya.

Suasana tiba-tiba hening saat sebuah motor sport hitam memasuki area peserta.

Deri tersenyum, "Baiklah, karena peserta sudah genap menjadi sepuluh orang, maka kita bisa memulai pertandingannya."

Senja menoleh ke samping kanannya saat menyadari seseorang baru saja datang. Di sana ... Bastian menduduki motornya dengan gagah sambil membuka helmnya dan mengedipkan sebelah mata.

"Kak, lo ngapain di sini?" tanya Senja kepada Bastian.

Bastian tersenyum, "Emang lo doang yang boleh balapan? Gue juga kali!" ujarnya membuat Senja mendengus lalu menutup kaca helmnya. "Ready to win, Nona?"

Senja tersenyum kecil, "Of course, we will."

"Woy, lo mau balapan apa ngerumpi?!" teriak Bara seolah tidak sabaran.

"Kita kalahin dia malam ini!" ujar Senja beberapa kali men-stater motor kesayangannya.

Bastian memakai kembali helmnya. Sementara Deri mengatur permainan dan memberikan kode untuk semua peserta. Dalam hitungan mundur, semua telah siap di tempatnya masing-masing.

Senja diam-diam tersenyum di balik helm-nya. Lagi-lagi dia melakukan ini hanya untuk pelampiasannya. Walaupun Senja tahu, caranya sangat salah.

"Kalian semua siap?!" Deri memberi instruksi dan mengangkat bendera lapang dengan tinggi. Deru motor yang saling bersahutan memenuhi area balapan.

Langit untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang