Hai, ketemu lagi sama aku...
Semoga suka ya dengan karya² yg kubuat...
Yuk vote dan Komennya, supaya aku lebih semangat lagi
Tandai kalo ada typo ya
Btw, sudah siap baca Part Ini? Wkwk, siap ya, ini yg kalian tunggu-tunggu....
Selamat Membaca
.
.
.
.
.
.Alan :
Jgn lupa, wktu Lo gk banyak.
Pilih dgn bijak.Anta mengepalkan tangan kirinya dengan kuat. Persetan dengan ancaman Alan itu! Kakinya menendang kuat sebuah kursi yang ada didepannya hingga patah. Anta meninju lemari alumunium itu dengan geram hingga meninggalkan sebuah bekas pukulan. Ia berteriak frustasi dengan perasaannya yang begitu bimbang.
Baru saja Anta senang karena dua babak tadi berhasil mereka menangkan. Maka, tersisa satu babak atau grand final sebagai penentu pemenang pertandingan ini.
Anta bersandar pada pintu lemari. Ia menengadahkan kepalanya ke atas menatap langit-langit ruangan ini. Tangannya masih mencengkram kuat ponselnya. Anta memegang kepalanya yang terasa pusing karena harus memilih salah satu diantara mereka berdua.
Ia menghela nafas panjang. Anta kembali memperhatikan ponselnya dan tepat pada saat itu juga Saila menelpon dirinya.
"Halo, Sal, kenapa?"
"Ta, kita harus ketemu. Kita harus bicara."
"Sekarang banget?"
"Iya, Ta. Kamu masih ada waktu istirahat kan?"
"Masih, lima menit ya. Tunggu aku di koridor lima."
"Oke!"
Anta pun merapihkan dirinya dan kemudian ia berlari menuju koridor lima. Bahkan, Anta melewati Lily begitu saja, seperti tidak dianggap kehadirannya. Padahal Lily sudah memanggil, dan ia ingin memberikan minuman itu kepada Anta.
Lily menghela nafas pelan dengan raut wajah yang sedih. Ia menekuk bibirnya, lalu menatap sebotol mineral dingin yang ingin ia berikan untuk Anta.
"Masa bodoh!" Ketus Lily membuang minuman tersebut ke tempat sampah. Lily menyelipkan anak rambutnya dan berjalan menuju aula pertandingan.
Sementara Anta tengah menatap Saila dengan bingung karena gadis itu tiba-tiba saja menangis. Anta membungkuk supaya bisa menggapai wajah Saila. Anta dengan lembut mengusap air mata gadis itu dan bertanya apa yang sudah terjadi padanya.
Saila mendongakkan kepalanya. Begitupun dengan Anta yang menegakkan tubuhnya.
"A-aku mau jujur sama kamu."
Alis Anta bertaut, bingung. "Soal?"
Saila menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan-lahan untuk mengusir rasa takutnya. Saila mengangkat jemari kirinya hingga setinggi bahu, memperlihatkan dengan jelas sebuah cincin perak dengan sedikit motif.
"Ma-maksudnya apa ya? Bukannya ini hadiah dari Tante kamu?" Saila menggeleng.
"Bukan, Ta." Jawab Saila semakin membuat Anta kebingungan. Peluh mulai hadir karena Anta sangat gelisah saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily [COMPLETED]
Teen Fiction| ABOUT LILY | Tentang Gadis remaja yang mencintai sosok lelaki dengan sifatnya yang aneh. Kadang romantis, kadang dingin, kadang juga omongannya suka nyelekit. Dia tau bagaimana rasanya berjuang sendirian dan mencoba bertahan walau sudah tersakiti...