Selamat membaca ✨
Akhirnya ujian kedua telah usai. Mata ujian hari ini adalah Matematika Minat, Seni Budaya dan Bahasa Inggris. Beberapa dari mereka keluar kelas dengan keadaan kepala seperti ingin pecah. Ada dari mereka yang langsung ke toilet untuk membasuh wajah mereka supaya terlihat segar.
Sekarang mereka semua akan pulang ke rumah masing-masing. Ketika Nara dan Lily baru keluar dari pintu kelas, sudah ada Sisil, Ica dan Deka yang berdiri di depan kelas.
Sisil yang melihat mereka langsung memakai topengnya kemudian menyapa mereka dengan sopan.
"Hai Kak." Sapa Sisil dan kedua sahabatnya. Lily dan Nara pun membalas sapaan mereka.
"Kalian gak pulang?" Deka dan Ica menggeleng kompak.
"Kak, hari ini kita belajar bareng yuk?" Pinta Deka sambil memegang tangan Nara. Nara sendiri mengerutkan keningnya. Tak biasanya ada adik kelas yang mengajak mereka belajar bersama. Jadi ya mereka gak biasa.
"Serius mau belajar bareng? Tapi materi kita beda lho."
"Nah! Maka dari itu kita mau belajar bareng sama kakak. Kalo kita gak paham, kita bisa nanya sama Kakak." Sahut Ica berusaha membuat keduanya yakin.
Nara menatap Lily. Gadis itu mengangguk sambil tersenyum.
"Yaudah, kita belajar di Cafe seberang aja ya?" Ucap Nara membuat ketiganya bersorak senang.
"Kalau gitu Kakak boleh duluan, nanti kita nyusul. Kakak tenang aja, kita gak akan kabur kok." Kata Sisil sambil tersenyum.
"Kita tunggu ya." Ucap Lily pada akhirnya. Mereka bertiga mengangguk kompak.
Nara dan Lily pergi dari hadapan mereka. Sebelum pergi ke Cafe, mereka berdua mampir ke Perpustakaan Sekolah untuk mengambil buku pelajaran. Sisil dan kedua sahabatnya memastikan apakah Nara dan Lily sudah benar-benar pergi atau belum.
Setelah memastikan mereka pergi, Sisil tersenyum miring. Ia kemudian berjalan ke arah kelas Anta berharap kalau lelaki itu masih ada di sana.
Sisil bernafas lega ternyata dugaannya benar. Untunglah hanya dia sendirian yang tersisa di kelas. Tanpa basa-basi, Sisil menghampiri Anta diam-diam kemudian memeluknya dari belakang tanpa permisi.
"Lepasin gue, Ly." Pintanya dengan nada kesal.
Senyum Sisil sempat hilang tapi kemudian kembali lagi. Ia melepaskan pelukannya lalu berjalan mengahadap Anta.
Anta terkejut karena salah orang. Ia pikir Lily, biasanya kan gadis itu yang suka datang tiba-tiba.
"Hai kak." Sapa Sisil sok anggun dan centil. Anta memutar malas bola matanya kemudian pergi mengacuhkan sapaan Lily.
Tapi Sisil berhasil menghentikan langkahnya dengan memegang lengan Anta cukup kuat.
"Kenapa Kakak ngehindar terus dari aku?" Pertanyaan itu membuat Anta jadi risih.
"Lepas." Pintanya dengan nada dingin.
"Gak akan, Kak. Sebelum kakak jawab, aku gak akan lepasin kakak." Anta mendecak kesal.
"Kalo gitu biar gue yang lepasin sendiri!" Omel Anta menghempaskan tangan Sisil ke udara.
"Kyaaaaa-" Sisil yang hilang keseimbangan membuatnya hampir terjatuh ke lantai. Tapi dengan sigap Anta menahan punggungnya. Dan...tatapan mereka pun bertemu.
"OMG! Gue harus abadikan momen ini!" Kata Ica dengan nada pelan dan gemas.
Dengan gerakan cepat, Deka dan Ica memotret adegan tersebut. Ini sesuai ekspektasi mereka. Setelah mendapatkannya, mereka berdua diam-diam pergi dari lorong 11 dan menunggu Sisil di kelas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily [COMPLETED]
Teen Fiction| ABOUT LILY | Tentang Gadis remaja yang mencintai sosok lelaki dengan sifatnya yang aneh. Kadang romantis, kadang dingin, kadang juga omongannya suka nyelekit. Dia tau bagaimana rasanya berjuang sendirian dan mencoba bertahan walau sudah tersakiti...