Bab #17

246 23 0
                                    

Semalam benar-benar menenangkan. Lily tidur tanpa memikirkan hal apapun, rasanya dia seperti anak kecil yang sehabis bermain seharian. Begitu lelah langsung tidur. Wajahnya terlihat lebih fresh dari hari-hari sebelumnya, ini bukan Lily yang biasanya. Sesekali ia menyapa lalu tersenyum kepada murid-murid yang lain.

Tapi semua itu tidak berlangsung lama ketika Lily melihat sepucuk surat di kolong mejanya. Nara yang tadinya mau duduk jadi tertunda melihat ekspresi Lily yang tiba-tiba saja berubah drastis.

"Lo kenapa? Kok tiba-tiba mukanya cemas gitu?"

Lily masih membaca surat itu. Siapa yang pengirimnya? Kenapa orang itu bisa tau tempat duduknya? Apakah dia orang yang ia kenal?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di otak Lily. Dia masih memperhatikan surat itu dengan tangan yang gemetar.

Nara melihat ada celah, ia langsung menyambar surat yang ada di tangan Lily dan langsung membacanya. Sementara Lily berusaha untuk merebut dan menyembunyikan surat itu, tapi Nara lebih tau caranya menghindar.

"Ini gak bisa dibiarin, Ly! Nih orang main asal teror tanpa tau kebenarannya!" Ucap Nara dengan kesal dengan nada yang cukup tinggi. Untung saja kelas masih sangat sepi.

"Ta-tapi kan kita gak tau siapa pengirimnya,"

Nara kembali menimang. Benar juga yang dikatakan Lily, jika mereka gegabah masalah baru akan muncul dan kemungkinan bertambah besar.

Lily kembali merebut kertas itu dari tangan Nara dan memperhatikan tulisannya. Tetap saja, jika dia mengingat-ingat tulisannya teman sekelasnya ini tidaklah sama. Cara dia menulis sangatlah rapih dan tidak banyak orang yang memiliki kemampuan menulis seperti ini.

Jangan coba-coba deketin Anta, gua gak suka liatnya. Jauhin dia!

Hal yang Lily takuti benar-benar terjadi. Semoga saja masalah ini tidak seperti kakak kelasnya yang sudah lulus dari sekolah ini. Lily takut tapi disisi lain dia tidak ingin orang-orang yang ia sayangi ikut kena imbasnya.

Hanya karena dia bertindak gegabah.

Gue harus apa? Apa gue harus turuti kemauan orang tersebut?

Nara sedih melihat raut wajah Lily yang begitu cemas dan khawatir, dia merangkul bahu sahabatnya dan mengelus pipinya dengan lembut. Lily menoleh dan Nara langsung menampilkan senyuman tulusnya.

"Udah ya gak usah dipikirin. Lo gak usah ngurusin hal beginian, percaya deh sama gue ini pasti kelakuan anak bocah. Lo tau kan junior jaman sekarang itu kayak gimana?" Ucap Nara memberi ketenangan.

"Lo simpen kertas ini untuk bukti suatu saat nanti, tapi Lo harus janji kalo Lo gak bakalan baca surat ini lagi. Sekarang terakhir, okey?"

Lily mengangguk mengiyakan. Dia menuruti perkataan Nara.

"Daripada Lo mikirin hal ini, mending sekarang kita fokus belajar buat ujian bulan depan?"

"Iya, Nar. Lo bener, seharusnya gue bodo amat sama masalah ginian, lagian juga kurang kerjaan banget."

"Good Girl!"

***

"GAES! GAES! GAES! GUE BAWA BERITA BAGUS ANJING!" Teriak sang ketua kelas sambil menaiki meja temannya tanpa permisi. Murid-murid lainnya hanya bisa mengelus dada dan geleng kepala melihat Andi yang seperti orang gila. Memang sudah gila.

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang