Bab #40

302 15 1
                                    

Hai ketemu lagi :)

Jangan lupa Vote and Comment nya ya ;)

Koreksi kalo ada typo atau apapun itu...

Tetap jaga kesehatan ❤️

Enjoy~

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.

💞💞💞

Malam ini Sisil tengah mengobrol bersama dengan kedua temannya melalui Video Call. Lebih tepatnya sih mereka sedang menyusun sebuah rencana. Waktu telah berlalu dan kini sudah satu jam mereka bertiga menatap layar laptopnya masing-masing. Sejak tadi, Sisil terus mengoceh akan rencananya yang akan dilaksanakan besok. Sisil terus meminta saran tentang rencananya, dari yang biasa saja sampai yang luar biasa. Eh, nggak luar biasa banget sih.

"Ah! Lo semua pada gak bisa diajak kompromi! Masa daritadi jawabnya iya melulu!" Omel Sisil setengah emosi. Sisil melipat malas kedua tangannya sambil memalingkan wajah. Ia tengah merajuk kesal.

Di seberang sana, Deka menggigit ibu jarinya. Lalu ia akhirnya membuka suara.

"Ya gimana lagi, Sil? Rencana Lo itu Perfect semua." Balasnya sedikit takut. Di sisi lain, Ica manggut-manggut tanda menyetujui ucapan Deka.

Ica berfikir sejenak. Hal itu membuat Deka merasa jijik. Jarang-jarang loh Ica bisa mikir soal masalah kayak gini. Dia itu cuman bisa mikirin makanan, waktu nyantai sama rebahan doang.

Tik!

Petikan jari yang terdengar cukup keras itu menarik perhatian mereka berdua. Sisil yang semula emosi, kini sedikit mereda ketika Ica ingin berbicara sesuatu.

"Bentar, bentar, gue lupa aku ngomong apa." Alibinya.

"Eh kok goblok...???" Sarkas Deka dengan wajah dongkol. Sementara Sisil hanya bisa mendengus pasrah.

"Buruan, Ca!" Perintah Sisil. Ica sontak mengacungi jempolnya lalu ia memasang posisi nyaman.

"Gue punya saran," Ica pun menjelaskan secara detail kepada kedua sahabatnya mengenai apa yang harus mereka lakukan pada Lily.

"Gue jamin berhasil!" Katanya pede sekaligus penutup. Deka dan Sisil pun tersenyum bangga sambil bertepuk tangan dengan kencang tepat di depan kamera, sehingga yang nampak di layar Ica hanya tepukan tangan saja.

"Ih gila gue pinter banget ternyata!" Pujinya pada diri sendiri.

Mereka pun kembali menyusunnya supaya rencana ini bisa berjalan dengan lancar. Selang 20 menit, Sisil menutup sambungannya yang kemudian diikuti oleh Deka.

Sisil pun menghela nafas lega sembari menyenderkan punggungnya pada kepala ranjang. Sisil tersenyum miring, menggambarkan sifat liciknya.

"Jam delapan? Aduh, mana gue belum makan lagi. Terpaksa harus turun ke bawah." Ujarnya sembari berjalan turun.

Dari anak tangga Sisil menyapa sang Ibu yang tengah menuang Teh Hangat. Wanita yang sudah kepala empat itu tersenyum sebagai respon sapaan Sisil.

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang