Begitu sampai ditempat Lily buru-buru membayar ongkos taksi yang ia tumpangi kemudian ia berlari masuk ke dalam. Syukurlah kasir tepat didepan matanya dan Lily pun berjalan menghampiri seraya mengusap air matanya.
"Permisi. Saya mencari pasien atas nama Nyonya Shela." Wanita tersebut mengangguk dan segera mencari data Shela.
"Sebentar ya, saya cari dulu," Lily pun mengangguk. Semoga saja dia tidak salah rumah sakit karena saat Bi Eli memberi tau alamatnya sinyal Lily tiba-tiba saja jelek. Lily berdo'a semoga saja dia tidak salah dengar.
Wanita itu merubah posisi duduknya. Lily pun memajukan tubuhnya supaya informasi yang ia dengar tidak salah.
"Pasien atas nama Nyonya Shela berada diruang ICU." Lily pun tersenyum lebar, syukurlah alamatnya tidak salah. Ia pun mengangguk bahagia.
"Ma-makasih ya, Sus!" Suster itu membalasnya. Lily langsung berlari mencari ruang ICU. Dari kejauhan Lily melihat ada Bi Eli dan juga satpam rumah Anta. Tapi yang menjadi perhatian Lily sejak awal, disitu ada seorang perempuan yang kira-kira sepantaran dengan dirinya. Gadis itu mencoba menenangkan suasana hati Bi Eli yang sedang kacau. Lily memutuskan untuk berjalan mencoba mendekati mereka.
Bi Eli yang merasakan kehadiran Lily langsung bangkit dari duduknya. Gadis disebelahnya sedikit kaget lalu memutar tubuhnya.
"Non Lily?" Panggilnya. Lily tersenyum.
"Bibi," sahut Lily dengan senyumnya. Bi Eli langsung memeluk Lily dengan erat dan menumpahkan segala kepedihannya. Sedangkan Pak Ade pamit pulang untuk menjaga rumah.
"Bi, Bibi tenang ya. Bibi jangan nangis terus, kan Lily ikutan sedih," ujar Lily seraya mengusap-usap punggung Bi Eli. Bi Eli pun melepaskan pelukannya.
"Bi, gimana kondisi Tante Shela?"
"Pa-parah, Non. Ta-tapi sebentar lagi operasi besar akan dilakukan," jelas Bi Eli sambil sesegukan. Lily dan gadis itu sama-sama mengerutkan keningnya.
"Bi, emang Tante Shela Sakit apa? Kenapa kondisinya bisa separah ini," tanya Lily begitu khawatir. Bi Eli menggeleng pasrah.
"Bibi juga gak tau, Non. Bibi gak pernah tau apa yang diderita sama Nyonya. Daritadi dokter juga belum jelasin apa-apa soal penyakit Nyonya," jelas Bi Eli. Lily mengangguk paham. Ia kemudian kembali memeluk Bi Eli memberi kehangatan. Lily sebisa mungkin menahan air matanya sampai pada akhirnya kedua mata mereka bertemu.
Dia siapa ya? Tanya Lily didalam hatinya. Gadis itu mengangguk dengan senyuman.
Tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka menampakkan seorang Pria berumur 40 tahun dengan jas putihnya. Semuanya mendekati dokter tersebut dengan rasa panik dan takut.
"Dok, gimana keadaan Tante Shela?" Tanya gadis disebelah Bi Eli. Sejak tadi Lily memperhatikan gadis itu tapi tidak ada keanehan sedikit pun.
"Apa kalian keluarga pasien?" Tanya sang Dokter. Bi Eli langsung maju mengajukan dirinya.
"Sa-saya asistennya, Dok," dokter itu mengangguk lalu matanya mengarah kepada seorang gadis yang masih mengenakan baju seragam.
"Apa benar kalau nama kamu itu Lily?" Tanya sang Dokter seraya menunjuk Lily. Bi Eli dan gadis itu menoleh ke arah Lily. Lily pun terdiam bingung.
"Sa-saya, dok?" Tanya Lily seraya menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, kamu." Lily mengangguk ragu.
"I-iya, Dok. Nama saya Lily," dokter itu menghela nafas lega.
"Kalau begitu silahkan ikut keruangan saya. Ada yang mau saya bicarakan dengan Anda." gadis disebelah Bi Eli menekuk wajahnya. Kenapa tidak dia? Kenapa harus gadis itu? Memang dia siapa? Pertanyaan itu langsung memutar di otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily [COMPLETED]
Teen Fiction| ABOUT LILY | Tentang Gadis remaja yang mencintai sosok lelaki dengan sifatnya yang aneh. Kadang romantis, kadang dingin, kadang juga omongannya suka nyelekit. Dia tau bagaimana rasanya berjuang sendirian dan mencoba bertahan walau sudah tersakiti...