Bab #38

248 11 4
                                    

Happy Reading 💞
.
.
.
.

Lily berjalan sendirian di koridor yang begitu ramai. Seramai apapun itu, Lily tetap merasa kesepian. Dia berjalan dengan ekspresi yang datar. Dari matanya bisa digambarkan, betapa hancurnya ia saat ini. Lily benar-benar bodoh, sudah tau Anta brengsek tapi dia masih saja mengharapkannya. Kalimat manis yang Anta lontarkan selalu membuat hatinya lemah. Gadis itu berjalan lurus dengan langkah yang lesu.

Tanpa di duga, Nara datang dan langsung memeluk tubuh Lily dengan erat. Gadis itu merengek karena sejak tadi Lily tidak ditemukan olehnya.

"Ya ampun, Lily, Lo kemana aja sih? Gue khawatir banget sama Lo." Tanya Nara dengan nada gelisah. Seketika pikiran Lily tertuju kepada Sisil.

"Tadi gue liat Sisil dan dia-" kalimat Lily terhenti. Nara pun melepas pelukannya dan mengajak Lily untuk duduk di depan kelas 11 MIPA 2. Tanpa sadar mereka duduk tepat di depan kelas Anta.

"Kenapa sama Sisil?" Lily sedikit gelagapan. "A-anu... Di-dia tadi lagi diskusi kelompok. Nah iya! Diskusi."

"Diskusi?" Tanya Nara, curiga. Lily mengangguk sambil mengulas senyum. "Iya. Tapi anehnya dia diskusi di depan toilet. Ngapain coba? Kayak gak ada tempat lain aja." Ucap Lily mencoba menutupi kesedihannya dengan tawa ringan.

Nara yang percaya setiap ucapan sahabatnya pun membalas tawa Lily. Gadis itu malah semakin lawak.

"Btw, Lo darimana aja sih? Baru nongol di mata gue."

Lily menghela nafas panjang. "Gue habis dari ruang musik. Tiba-tiba aja gitu kangen masa-masa dulu."

"Iya juga sih. Gue juga kangen. Tapi gue udah lupa sebagian kunci gitarnya. Kalo soal nyanyi mah gue masih bagus."

Lily mendelik. "Idih pedean. Masa baru dua bulan keluar udah lupa aja? Lo kemanain tuh makanan sehari-hari?"

"Yeeee markonah! Isi kepala gue itu cuman Drakor, bias, sama Eka doang." Lily sontak melotot kaget. "Eka? A-ada apaan Lo sama dia?" Tanyanya sedikit terkekeh. Astaga! Nara baru sadar akan ucapannya tadi.

Nara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia tersenyum malu-malu kucing dengan mata yang berbinar.

"Eumm... Gue habis ditembak sama Eka."

"Ma-maksud nya kalian jadian nih?" Nara mengangguk malu-malu. "Hehe, iya."

Lily berteriak kegirangan meski dia sudah tau lebih dulu. Lily pun menyalurkan kebahagiaannya dengan cara memeluk Nara sampai gadis itu memaksa untuk dilepaskan. Nara batuk-batuk, Lily terlalu bersemangat saat memeluknya, alhasil dia sesak nafas deh.

"Ya ampun Nara gue ikut seneng sumpah! Lo gak jomblo lagi!"

"Hehe, makasih ya. Oh iya, hubungan kamu sama Anta baik-baik aja kan? Lo kalo ada masalah cerita aja sama gue."

Ada, Nar. Hubungan kita lagi gak baik. Gue pengen banget ceritain semuanya sama elo. Tapi gue rasa, waktunya belum tepat. Gue mau nyelesein semuanya sendiri dulu.

"Kok bengong sih? Lo baik-baik aja kan?"

"Se-sebenernya gue sama Anta lagi berantem. Ta-tapi Lo tenang aja, ini cuman masalah kecil kok. Paling juga nanti selesai."

Nara menghela nafas lega. "Yaudah kalo gitu. Inget ya, Lo itu berhak bahagia." Tutur Nara diakhiri dengan senyuman. Lily pun mengangguk sambil tersenyum juga.

"Eh, Lo udah liat True Beauty episode 12 belum?" Lily menggeleng. "Belum. Spoiler dong."

"Oh tidak bisaaa... Nanti gak seru waktu nontonnya."

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang