Prolog

3.1K 93 10
                                    

Pernah aku berfikir, mencintai seseorang membuat diri ini menjadi spesial dan sangat bahagia walau hanya dari orang yang kucintai. Aku tidak peduli sebenci apa mereka pada diriku karena, aku punya satu alasan kenapa diriku bisa sebahagia ini.

Karena dia.

Tapi, seiring berjalannya waktu aku mengerti. Mengerti kalau dunia romansa itu tidak selamanya indah. Tidak selamanya sejuk. Tidak selamanya berwarna seperti warna pelangi.

Ada saatnya semua itu berubah menjadi sakit, buruk, hancur bahkan bisa jadi kamu trauma.

Ya ampun!

Tapi, siapa yang tau kalau ternyata semua rasa sakit itu sebenarnya adalah ribuan benih yang akan tumbuh menjadi seribu Bunga. Bunga yang sangat indah sampai kamu sendiri kaku untuk mengucapkan sepatah kalimat.

Dan, belum tentu juga kan yang sedih selamanya sedih, yang hancur selamanya hancur dan bahagia selamanya bahagia. Semua itu nggak selalu se arah. Jalan tol yang lurus aja masih ada belokan untuk keluar atau ke tempat istirahat.

Itulah takdir. Itulah kehidupan. Dan itulah kisah ku yang tidak selamanya indah dan tidak selamanya buruk.

"Sebagus apasih pemandangan diluar sana?"

Aku menoleh. Menatap lamat-lamat iris matanya. Aku tersenyum dan meraih tangannya supaya berada di atas kepalaku. Dia mengusap kepalaku sesuai instruksi dari tanganku.

"Ntahlah. Tapi, akan lebih indah kalau dilihat bersamamu."

Cahaya itu semakin menerangi ruangan ini. Ku genggam erat tangannya dan kuusap wajahnya dengan penuh cinta.

"Kemarilah, dengan begini kamu bisa melihat betapa indahnya tempat ini. Aku percaya dan selalu percaya kalau kamu pasti bisa merasakannya."

"Ya, aku selalu merasakannya. Dan, itu semua karena dirimu."

Kuperlihatkan sebuah senyuman yang ntah sudah berapa ratus kali kulakukan. Dia pun ikut tersenyum tanpa beban sedikitpun. Yang kulihat sih begitu.

"Terimakasih untuk segalanya. Bangunlah dengan keadaan tersenyum."

Aku menjawab dengan mata yang berbinar-binar. "Ya, aku akan selalu seperti itu."

Dan, ketika semuanya sudah berada didepan mata dan kita pun berhasil menyentuhnya, maka dititik itulah kau harus menyiapkan segala perasaan dan pikiran untuk berjaga-jaga kalau suatu saat semua yang kau bayangkan hancur ditelan harapan.

Dia mendekatkan wajahnya lalu berbisik lembut kepadaku.

Aku mengangguk sambil tersenyum. Ntah ini paksaan atau tulus, yang jelas aku tersenyum menanggapi ucapannya. Ucapan yang pada akhirnya membuat diriku tersadar akan suatu hal.

"Iya. Begitupula dengan aku."

.

.

.

Tbc

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang