Bab #13

298 23 2
                                    

Vote and Comment

***

Seperti biasa. Nara dan Lily berangkat bersama menuju SMA Tenggara. Mereka berdua langsung masuk ke dalam kelas seperti biasanya. Tapi disisi lain Anta menatap nyalang ke arah Bagas. Oke. Anta mengakui kalau Bagas itu pintar dan cukup cerdas. Ingat ya, cukup. Tapi hari ini pengakuan itu hilang begitu Anta tau perbuatan Bagas tempo hari.

Bagas mengalihkan pandangannya. Ia melihat area lapangan yang masih sepi. Maklum, mereka tuh emang hobi banget yang namanya berangkat Pagi. Kalo bukan karena nasihat Anta, mana mau si Bagas berangkat sepagi ini. Tak ingin membuang-buang waktu, langsung saja Bagas menjelaskan ke intinya.

"Ta, niat gue itu baik lho. Gue tuh pengen banget liat Lo deket sama Lily," ungkap Bagas. Anta maju dua langkah. Rahangnya menjadi tegas dan tiga detik kemudian ia membalas pengakuan Bagas.

"Baik di elo, buruk di gue." Bagas tertawa dari dalam hati. Sementara Anta pergi ke dalam meninggalkan Bagas di Lapangan. Sepi. Dan sendirian.

Namun Bagas membiarkan lelaki itu pergi. Tapi emang bener kok, Bagas tuh pengen liat si Anta deket sama tuh cewek. Syukur-syukur sih sampai Pacaran atau bahkan menikah? Ntahlah. Tiba-tiba saja ia menginginkan hal itu.

Bagas menghela nafas pasrah. Eka yang baru saja datang langsung menepuk bahu cowok itu.

"Ngapain Lo bengong disini? Mau nyeret degem ya?" Bagas tidak menghiraukan ucapan Eka. Dia pergi setelah cowok itu selesai berbicara. Eka langsung melotot melihat sikap Bagas yang tidak biasanya.

"Bentar. Sejak kapan Bagas jadi Manusia Normal?" Gumam Eka yang melihat sikap Bagas barusan. Lelaki itu memukul ringan kepalanya lalu menggeleng. "Jangan-jangan Nilai Bagas anjlok? Emang iya? Tau lah, bodoamat!" Dan Eka berlari menyusul langkah Bagas.

Anta tidak langsung masuk ke kelas. Ia malah pergi ke lapangan indoor. Alasan kenapa ia harus berangkat lebih awal dikarenakan ia muak mendengar gombalan menjijikan dari kaum hawa. Dan semenjak ia memperingatkan kepada mereka, sudah tidak ada lagi yang berani menghampirinya. Kecuali mereka-mereka yang emang nekat pake banget.

Lain halnya dengan Bagas yang mencari Anta ke dalam kelas. Lelaki itu tidak ada disini. Dua detik kemudian ia tau Kemana lelaki itu pergi. Bagas langsung berlari menuju keberadaan Anta. Eka yang baru sampai didepan kelas dan melihat Bagas kembali berlari mendecak sebal. Sejenak lelaki itu memeriksa kedalam kelas. Oh. Dia tau kemana mereka pergi.

"Eh ada Bidadari. Hai sayanggg!!!" Sapa Eka pada kedua perempuan 11 IPA 3 itu.  Siapa lagi kalau bukan Lily dan Nara? Lagipula di kelas ini hanya ada mereka berdua.

Nara tersentak. Saat melihat ke arah luar ia hanya menangkap postur tubuhnya sekilas. Ya mau gimana lagi, larinya cepet banget.

Lain dengan Lily yang hanya diam saja. Kepala gadis itu berada di atas meja. Sementara jari-jari nya mengetuk-ngetuk meja berwarna putih tulang.

"Ly," panggil Nara tanpa menoleh.

"Hm,"

"Lo denger nggak?"

"Apa?"

"Masa tadi ada yang manggil kita. Udah gitu pake embel-embel sayang pula,"

"Tau deh," Nara yang semulanya melihat ke arah Jendela berpaling menatap kepala gadis itu.

Pantes aja nih anak kagak denger. Matanya aja lain arah. Batin Nara lalu mengeha nafas. Ia bosan. Waktu masih menunjukkan pukul 06.15. Sambil menunggu yang lainnya datang ia tertidur sejenak. Bukan tertidur sih, hanya memejamkan mata saja.

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang