Bab #54

287 22 4
                                    

Halo semua, gimana kabar kalian?

Sudah siap baca part ini?

Bacanya pelan-pelan ya, sambil dinikmati... Jangan lupa putar mulmed nya

Semoga perasaan aku ketika nulis part ini sampai ke kalian ^^

Jangan lupa untuk vote and comment nya 💞

Selamat Membaca ♥️
.
.
.
.
.

"Kalo Alan pergi, aku boleh ikut?"

"Ly..."

Racauan Lily semakin tidak jelas. Anta berusaha untuk menenangkan gadis ini, membantunya keluar dari zona kepedihan yang teramat dalam. Meski cukup sulit, Anta tidak henti-hentinya memeluk, mengucapkan kalimat penenang, merapalkan doa-doa, bahkan membujuk gadis itu.

Anta menangkup kedua pipi Lily. Ia menatap dalam-dalam manik matanya yang rapuh dan penuh luka. Air mata terus saja keluar sambil meracau tidak jelas.

Anta menunduk, dia tidak bisa menuruti permintaan Lily. Helaan nafasnya terdengar frustasi, lelah, dan juga marah. Bukan marah seperti umumnya, Anta marah karena Lily tidak bisa mengontrol tingkat emosionalnya.

Ia kembali menatap mata gadis itu.

"Kamu jangan gila, Ly. Aku tau kamu gadis yang kuat, gadis yang tabah, kalo kamu masih kayak gini terus Alan juga pastinya bakalan sedih. Dia sedih karena ini bukan kamu yang dia kenal. Begitupun aku, Ly."

"Tolong jangan nangis lagi. Kurangi rasa sedih kamu. Kalo kamu kayak gini terus, belum tentu ini bisa merubah nasibnya Alan. Kamu tega buat dia sedih? Kamu gak kasian sama Adik aku yang lagi berjuang di sana?"

Seketika otak Lily kembali berputar. Pikirannya mencerna semua kalimat-kalimat yang Anta berikan. Perlahan-lahan tangis Lily mulai mereda, wajahnya terlihat seperti sedang berpikir.

Dan pada akhirnya Lily menyetujui ucapan Anta barusan. Dia tidak berpikir panjang kalau efeknya sampai seperti itu. Itu artinya tanpa ia sadari dirinya sudah membuat Alan sedih.

"Tolong jadi wanita kuat untuk saat ini. Demi Alan, demi cinta kamu juga."

"Percaya sama aku, Ly. Alan gak akan mungkin ninggalin kamu, dia pasti sayang banget sama kamu. Dia rindu sama kamu. Jadi, bisa kan kamu tersenyum untuk memberikan kekuatan buat Alan?" Pinta Anta, memohon penuh. Lily mengangguk, seperti yang Anta katakan, dia tersenyum meski tak selebar biasanya.

"Nah kalo gini kan cantiknya nambah!" Seru Anta dengan sangat lega. Anta kemudian membantu Lily untuk berdiri dan memegang tubuhnya agar tidak jatuh. Sebab Lily masih cukup lemah.

Nara pun ikut tersenyum. Begitupun dengan Eka, Bagas, dan juga Sisil.

Mereka semua akhirnya memilih untuk duduk karena waktu Operasinya masih lama. Mereka sama-sama berdoa demi keselamatan Alan.

"Pah! Disana, Pah! Itu mereka!" Tunjuk Bunda Alan. Dani menyipitkan matanya untuk memeriksa.

"Ayok, Mah! Cepetan!" Ajak Dani saat sudah menebak siapa saja yang ada di sana.

Kedua orangtua Alan bergegas menuju ke arah mereka. Mereka berdua sangatlah khawatir dengan kondisi Alan saat ini. Alan benar-benar tidak memberi tahu mereka soal ini. Pantas saja sejak pagi tadi wajah putranya sudah pucat sambil memegang bagian kepalanya yang terasa sakit. Tapi setiap ditanya, jawabannya selalu saja kurang tidur.

Mereka benar-benar tidak menyadari maksud Alan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk temannya. Dan berkata kalau sekolah libur. Padahal kenyataannya berbanding terbalik.

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang