Bab #23

221 17 0
                                    

Happy Reading 💞

"Sil, bisa lepasin tangan Kakak gak?" Pinta Lily untuk kedua kalinya. Sisil pun mengangguk dan akhirnya melepaskan tangan Lily dari genggamannya. Lily mengusap-usap pergelangan tangannya karena cukup sakit.

"Ya ampun, Kak! Ma-maafin Sisil. Sisil gak tau kalo-"

"Gak papa. Kamu tenang aja, ini gak sakit kok." Sela Lily membuat Sisil langsung tersenyum. Ketiga sahabatnya pun keluar dari ruangan ini begitu mendapatkan perintah dari Sisil.

"Btw, Lo ngapain bawa gue kesini?" Ucapan Lily sangat berbeda dari yang sebelumnya. Tapi Sisil akhirnya cepat sadar, wajar saja jika Lily menggunakan kata "Lo" dan "Gue".

"Mmm... Aku boleh jadi temen Kakak gak?" Pinta Sisil Membuat Lily sedikit tersentak. Aneh. Kenapa tiba-tiba dia mau jadi temennya Lily? Seperti ada rencana tersembunyi dari mereka bertiga.

"Kakak tenang aja, aku gak bakal ganggu hubungan kalian kok." Jelas Sisil seperti tahu apa yang Lily pikirkan. Lily tersenyum antusias.

"Gimana kak? Boleh kan aku jadi temen Kakak?" Tanyanya kembali. Lily menimang-nimang permintaan gadis itu. Iya atau tidak ya? Secara kan Sisil sudah punya dua sahabat yang setia sama dia, terus sekarang tiba-tiba maksa mau jadi temannya Lily.

Iya atau nggak ya? Perasaan gue kok jadi gak enak gini sih? Tapi kalo gue tolak, nanti dikira gue sombong. Terus kasian juga sama Sisil nya. Gue kayak udah hancurin harapan orang. Batin Lily kebingungan.

Sudah satu menit Lily terdiam seperti ini. Sisil yang tidak sabar akan jawaban dari Kakak kelasnya pun akhirnya merengek pada gadis itu.

"Kak ayolahhh..." Mohon Sisil sambil mengenggam tangan Lily.

"O-oke. Kamu boleh jadi temen Kakak." Jelas Lily membuat Sisil melompat kegirangan. Ica dan Deka yang berada diluar pun ikut senang.

"Makasih ya kak! Makasih banyak!" Ucap Sisil yang langsung memeluk Lily. Lily yang merasa risih meminta untuk dilepaskan.

"Hehe, maaf kak, Sisil jadi lebay gini. Ta-tapi kalo kakak lagi ada masalah atau butuh bantuan, Kakak bisa panggil Sisil kapanpun itu. Sisil siap lho bantu Kakak sama Kak Nara." Lily hanya mengangguk saja. Iya in aja dah biar fast.

"Tapi kenapa tiba-tiba gini?"

Hening seketika. Ekspresi Sisil yang semulanya bahagia kini berubah menjadi orang kebingungan. Sisil mencoba mencari alasan yang tepat agar Lily percaya pada ucapannya. Sedangkan Deka dan Ica meremas jemarinya takut kalau rencana Sisil jadi gagal.

"Tiba-tiba gimana kak maksudnya?" Tanyanya balik dengan ekspresi sok kebingungan. Lily menyipitkan matanya membuat Sisil menelan kasar salivanya.

"Tiba-tiba Lo mau jadi temen gue," Sisil menghela pelan nafasnya. Lily melihat ekspresi lugu dari wajah Sisil.

"Jadi aku salah ya mau jadi temennya kakak?" Ucapnya dramatis. Sengaja Sisil membuatnya terlihat dramatis, supaya Lily mau menerimanya dan mempercayainya. Dengan begitu rencana pertama akan berhasil.

Lily menghembuskan nafasnya. Ia pun menggeleng pelan.

"Ya nggak sih. Cuman yaaa... aneh aja gitu." ungkapnya.

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang