Bab #1

1.6K 69 12
                                    

Perlukah Cinta disambut dengan hangat?

***

Suasana pagi hari yang sejuk di SMA Tenggara menambah kesan hari Kamis yang penuh warna. Pasalnya, hari ini mereka mengadakan sebuah Pensi untuk penerimaan Siswa Baru.

Ashali Lyana. Gadis remaja yang duduk diatas panggung sambil memangku Gitar milik sekolah. Siswi kelas XI Ipa-3 itu ditunjuk oleh anggota OSIS menjadi penyanyi solo untuk menyambut Murid Baru.

"Cek cek. Hai guys welcome to SMA Tenggara!"

Sambutan pertama yang begitu hangat dan memeriahkan suasana. Lily tersenyum kearah mereka semua seraya membenarkan posisinya agar nyaman.

"Btw, kalian masih semangat nggak nih?"

"MASIH DONG KAKKK..."

"Kalo masih berarti kalian siap dong dengerin saya nyanyi? Siap nggak nih?"

"SIAP KAKKK..."

"Oke. One two three four..."

Jreng

Pembukaan yang manis. Lily mengatur nafasnya dan menatap ke arah mereka seolah didepan sana adalah sesuatu yang ia ingin gapai.

Bibir Lily perlahan membuka. Mengeluarkan sebuah suara yang sangat menyejukkan hati.

Lihat awan di sana
Berarak mengikutiku
Pasti dia pun tahu

Ingin aku lewati
Lembah hidup yang tak indah
Namun harus kujalani

"Ya ampun vokalisnya cantik banget sihhh... Iri deh gue!" Ucap salah seorang siswi yang merupakan murid baru.

"Sama gue juga iri. Kira-kira udah punya pacar belum ya?"

"Apasih kalian kepo aja, mending dengerin dia nyanyi daripada hibah offline."

Berdua denganmu
Pasti lebih baik
Aku yakin itu
Bila sendiri
Hati bagai langit
Berselimut kabut

Lagu berdua lebih baik dari Acha Septriasa mengalun merdu keseluruh lingkungan Sekolah. Bahkan mereka sampai sahut-sahutan sepanjang lagu mengalun. Dari yang mulai mengabadikan momen ini sampai mereka yang hanya sekedar mendengarkan saja.

"Lo bisa nyanyi, Li?" Tanya Nara selaku sahabat Lily.

Lily menyudahi minumnya lalu menoleh kearah Nara. "Terus gunanya OSIS milih gue buat apaan?"

Nara menyengir kuda. "Hehe iya juga ya?"

"Ck ganggu gue minum tau nggak?"

"Nggak, kan lo gk bilang dari awal."

"Bambang!"

Nara melotot seraya memukul paha Lily. "Bokap gue woi!"

"Nyadar Lo?"

"Ya nyadar lah orang gue anaknya!"

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang