Bab #53

294 16 0
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komennya ya...

Tandai jika ada typo

Selamat Membaca ♥️

Semoga suka dengan karya-karya ku ini ♥️

***

"Beneran gak papa nih, Mas? Atau mau kami antar ke rumah sakit?" Tanya seorang Bapak Tua yang masih memasang ekspresi khawatir.

Alan berulang kali menggeleng sambil tersenyum sopan. "Saya baik-baik aja kok, Pak. Bapak gak usah khawatir," jawab Alan.

"Bapak liat sendiri kan, badan saya baik-baik aja. Nih buktinya saya bisa joget-joget gak jelas." Sambung Alan sambil ia praktekan. Mereka yang melihatnya mengangguk dan tertawa, ternyata benar apa yang dikatakan lelaki itu.

"Anu... Mobilnya gimana?" Tanya seorang wanita seraya menunjuk mobil Alan yang rusak.

"Kalau soal Mobil kalian tenang aja. Emang sih bagian depannya cukup hancur, tapi saya pastikan masih bisa di pake. Lagian juga, Pak, Bu, rumah saya udah deket kok." Mereka semua akhirnya mengangguk percaya. Pria Tua itu berjalan pelan ke arah Alan lalu menepuk-nepuk kedua bahunya.

"Lain kali hati-hati ya, Nak. Jalanan sini emang rawan kecelakaan," nasihat Pak Udin yang merupakan penjaga pos keamanan daerah sini.

"Nah sekarang Bapak-bapak sama Ibu-ibu boleh bubar. Saya bisa atasi ini semua kok. Dan terimakasih kepada kalian semua yang sudah mau menolong saya." Tutur Alan diakhiri senyuman. Tujuh orang yang membantu Alan bergegas pergi karena hari semakin malam.

Setelah dipastikan semuanya pergi, Alan menatap Mobil Truk yang hampir menabraknya tadi. Pemiliknya turun, berjalan menghampiri Alan dengan perasaan takut. Untung saja warga sekitar tidak melihat dirinya, kalau sudah pastinya urusan ini jadi semakin panjang.

"Mas, saya benar-benar minta maaf atas ini semua." Ucap supir muda mengakui kesalahannya.

"Bapak gak perlu minta maaf. Ini juga salah saya yang kurang fokus bawa mobilnya."

Bapak itu mengeluarkan semua uangnya dan ia sodorkan kepada Alan. Alan sedikit menunduk, menatap uang dengan nominal yang cukup banyak. Pasti bapak ini habis gajian Pikir Alan.

"Ini buat Mas, anggap aja sebagai ganti rugi. Tapi maaf saya cuman punya segini," Alan mendongak, ia mendorong pelan tangan supir itu, dia menolaknya.

"Nggak usah, Pak. Lebih baik uang itu buat keperluan bapak aja."

Matanya berbinar dengan senyum yang sumringah. Ditatapnya uang tersebut dengan pandangan tak percaya.

"I-ini beneran, Mas? Saya gak perlu ganti rugi?" Tanya si Bapak dengan sumringah di wajahnya.

Alan mengangguk sambil tersenyum. "Ya beneran dong, Pak."

"Bapak simpan duit ini baik-baik untuk keperluan hidup Bapak. Anak sama Istri Bapak pasti lagi nungguin di rumah, lebih baik bapak pulang. Takut mereka khawatir," suruh Alan dengan nadanya yang sopan. Bapak itu mengangguk-angguk dan ia menatap upahnya yang cukup besar hasil dari kerja keras.

"Alhamdulillah Ya Allah. Terimakasih, Mas, terimakasih! Semoga Allah membalas kebaikan kamu." Serunya senang seraya berjabat tangan.

"Kalau gitu saya pamit ya, Mas. Saya gak sabar liat ekspresi keluarga saya liat uang sebanyak ini. Jarang-jarang soalnya, Mas." Alan mengangguk mengerti. Supir tadi bergegas menuju ke mobilnya dan segera pergi dari tempat ini.

Tersisa Alan dan mobilnya yang cukup rusak. Lelaki itu menggelengkan kepalanya berkali-kali dengan mata yang terpejam. Setelah di rasa baik, Alan berjalan masuk ke dalam mobilnya. Pelan-pelan Alan menyalakan mesin Mobil, syukurlah masih berfungsi. Kemudian ia mundurkan mobilnya agar saat berbelok lebih leluasa. Asap masih mengebul di udara, hampir menutupi pandangan Alan.

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang