Bab #51

291 16 2
                                    

Selamat Membaca
Teman-teman ♥️
.
.
.
.

Setelah melihat pesan dari Saila semalam, pagi ini Anta buru-buru pergi ke Taman dekat rumahnya untuk menemui Saila. Begitu sampai ditempat lelaki itu berlari menghampiri Saila dan langsung berbicara ke intinya.

"Sal, please jangan kayak gini. Jelasin apa yang udah terjadi?" Bujuk Anta sambil menggenggam tangan Saila. Namun gadis itu justru menggeleng, menjawab semua yang ada dipikiran Anta.

"Anta, sebelumnya kan aku udah bilang, semua ini atas kemauan aku. Udah cukup itu aja, gak ada yang lain." Terang Saila meyakini Anta. Tapi sayangnya Anta masih kurang yakin dengan penjelasan Saila, gadis itu masih terlihat sedang menyimpan suatu masalah.

"Jangan bohong. Mata kamu berucap sebaliknya, Sal." Kekehnya. Genggaman Anta dilepas begitu saja oleh Saila.

"Cukup Anta. Sekali aku bilang nggak ya nggak. Semua baik-baik aja kok. Udah sana kamu hidup sesuka kamu aja, gak usah mikirin aku lagi. Jangan pernah cari aku lagi. Jaga baik-baik diri kamu. Aku pamit." Final Saila yang tak bisa dibantah lagi. Gadis pemilik senyuman manis itu kemudian beranjak pergi ke mobilnya, meninggalkan Anta dengan berbagai macam pertanyaan.

"Sal, tunggu! Kasih aku kesempatan, SAL! SAILA!" Teriak Anta berusaha mengejar mobil Saila. Tapi langkahnya kalah cepat, alhasil dia tidak sanggup mendapatkannya lagi.

Anta menatap kepergian Saila dengan tatapannya yang sendu. Bahunya langsung lemas. Pemilik wajah tampan bak dewa itu menghela nafas panjang, ia masih tidak percaya atas takdir yang menimpa dirinya. Tak lama ia berteriak sekeras mungkin, meluapkan segala emosinya yang sejak tadi ia tahan. Menjenggut rambutnya dengan erat hingga wajahnya memerah.

"ARRGHH!! KENAPA HIDUP GUE SELALU SIAL?!!!"

Bruk!

Lututnya terjatuh tiba-tiba, membentur aspal yang cukup panas akibat sinar matahari. Dari wajahnya dia sudah pasrah dengan kehidupannya. Tiga orang wanita yang dicintainya pergi begitu saja. Kepalanya tertunduk, menatap aspal yang berdebu. Tapi selang 10 detik, dia bangkit kembali.

"Gue harus minta maaf sama, Lily. Selama gue pacaran sama dia, semua yang gue lakuin itu cuman pura-pura aja. Bahkan, cinta yang sesungguhnya muncul di saat hubungan kita sudah usai."

"Dia pasti sakit hati banget, terluka atas apa yang udah gue lakuin. Gue kangen Lo, Ly. Tapi gue udah nggak pantes buat dapetin hati Lo lagi. Lo udah merubah sifat gue, dan sekarang gue jadi orang yang cukup cerewet."

"Gue rindu Lo, Ly. Gue mau memperbaiki semuanya dan menata dari awal lagi. Tapi kayaknya gak mungkin, dia udah mati rasa sama gue."

Ungkapan hatinya mengundang segelintir angin pagi yang sejuk, menyapu rambutnya yang masih berantakan.

Tiba-tiba ponsel Anta berdering, saat di buka muncul nama Sekretaris Pribadi nya. Hahhh... Sudah nasibnya seperti ini, lelaki itu akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah karena hari ini akan ada meeting kantor. Untung saja sekolah masih libur.

***

Viola memberikan secangkir teh hangat pada Yuda. Putranya itu tengah sibuk dengan tugas skripsi nya. Sudah 4 jam cowok itu berkutat di depan laptop, sesekali ia meregangkan otot-ototnya yang terasa semakin pegal. Namun enggan beranjak dari tempatnya.

Tatapan Viola masih sama. Dia masih kasihan dengan nasib cinta mereka. Padahal kemarin adalah hari yang sangat menyakitkan bagi Yuda, tapi hari ini dia seperti orang amnesia. Seolah-olah semua terasa baik-baik saja.

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang