Setelah menjelaskan panjang kali lebar, akhirnya Nara bisa bernafas lega. Bersyukur mereka semua cepat paham dan mengerti dengan perasaan Nara. Bahwa gadis itu hanya ingin dikenal sebagai "Nara" bukan anak dari seorang perusahaan ternama.
Yap. Bagi Nara, dengan cara seperti ini tidak ada pembeda diantara mereka, meskipun masih ada yang membedakan. Nara menganggap semua temannya sama rata, tidak ada yang rendah dan tidak ada yang tinggi.
Lily yang lebih tinggi saja bersikap rendah hati :)
"Hai Alan!" Panggil Ema. Si cewek centil dan manis di kelas ini. Dia menatap Alan dan terus mencuri pandang kepadanya sambil memainkan rambutnya yang bergelombang.
Alan tersenyum. "Hai," lalu dengan percaya dirinya Ema mengulurkan tangannya, "Gue males kasih tau nama panjang, jadi panggil gue Ema aja, okey?" Katanya memperkenalkan diri. Alan tersenyum lalu membalas uluran tangan Ema.
"Lo tenang aja, IPA 3 anaknya baik semua meksipun ada Ema yang centilnya minta ampun," ucap Tika memberi tau. Ema mengangguk, karena memang itulah faktanya.
"Oh iya, Lan, cewek di belakang Lo itu masih jomblo lho, rebut aja selagi belum di rebut," saran Ema lalu pergi dengan gayanya seperti seorang model.
Satu persatu siswi MIPA 3 mendekati Alan dan memperkenalkan diri mereka masing-masing. Mulai dari yang biasa saja hingga mencari-cari perhatian. Bahkan ada yang terang-terangan mengaku suka kepada Alan. Haha. Dasar mereka ini.
Tapi, tidak dengan Lily. Gadis itu membuka room chat Anta dan mengirimkan tiga pesan kepadanya. Nara yang sudah tau situasi Lily hanya bisa tersenyum. Semua temannya pada sibuk masing-masing, untuk mengisi kegabutannya, Nara memasang earphone lalu menyalakan ponselnya. Nara mulai menonton sederet MV yang sudah ia simpan di YouTube. Ada BTS, Twice, Exo, Astro, G-Friend, Secret Number, dan juga Blackpink.
"Lo Lily kan?" Serangan tiba-tiba itu membuat Lily tak sengaja menjatuhkan ponselnya. Saat hendak mengambil ia kalah cepat dengan pergerakan Alan, akhirnya ponsel Lily berada di genggaman Alan.
"Makasih," seru Lily seraya mengambil alih ponselnya. Nara dan teman lainnya tidak sadar akan kejadian itu. Karena yang dibarisan belakang rata-rata pindah ke depan kelas untuk bermain, gibah, ataupun tidur di kelas.
"Sama-sama." Lily hanya membalasnya dengan senyuman singkat.
"Gue boleh tanya?"
"Boleh," ucap Lily dengan mata yang fokus pada ponselnya.
"Lo udah punya pacar?"
Deg!
Entah dorongan darimana, dengan jujur dan entengnya Lily berkata...
"Iya." Singkat, padat, namun menyakitkan.
Alan tersenyum kecut. Tapi kemudian dia menyodorkan ponselnya dan menunjukkan nomor ponselnya dihadapan wajah Lily.
"Apa?" Tanya Lily lalu mendongak menatap Alan.
"Nomor gue lah, buru catet!" Perintahnya memaksa.
Lily menggeleng. "Gak mau, nanti Lo kepedean gue yang repot!"
"Siapa yang kepedean? Gue kan cuman mau nambah viewer doang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily [COMPLETED]
Teen Fiction| ABOUT LILY | Tentang Gadis remaja yang mencintai sosok lelaki dengan sifatnya yang aneh. Kadang romantis, kadang dingin, kadang juga omongannya suka nyelekit. Dia tau bagaimana rasanya berjuang sendirian dan mencoba bertahan walau sudah tersakiti...