Bab #39

232 12 6
                                    

Selamat membaca teman-teman
.
.
.
.
.

Wanita yang sudah berkepala empat itu memberikan berbagai macam tumpukan berkas perusahaan. Nana—sekretaris pribadi Shela memberikan penjelasan dari A sampai Z bagaimana nanti Anta harus memegang jabatannya. Bahkan, sejak dua tahun yang lalu, Shela sudah menitipkan warisan tujuh turunan kepada Nana untuk putranya nanti. Jelas Anta terkejut begitupun dengan Lily yang melihat nominalnya yang bukan main. Tak hanya uang, dari jaman Kakeknya Anta, dua lahan yang ada di daerah Bandung kini menjadi miliknya.

Lily sampai sulit menelan ludahnya sendiri. Ternyata sejak dulu, keluarga Anta begitu terpandang. Tapi anehnya, para murid SMA Tenggara tidak banyak yang tau kalau Anta adalah keturunan Keluarga terpandang. Terkecuali kedua sahabatnya serta sedikit anak dari perusahaan ternama. Selama Lily sekolah disana, tak ada gosip mengenai kekayaan di hidup Anta. Yang mereka tau hanya sebatas sifatnya yang cuek dan jutek.

For Your Information, nama Regasia Anta dapatkan bukan dari sang ayah, melainkan sang ibunda. Ya. Shela adalah putri dari Tuan Besar Regasia. Shela Delia Regasia.

Tapi sempat ada isu yang mengira bahwa ayah Anta lah yang merupakan keturunan Regasia. Dan sampai sekarang pun, mereka masih menganggapnya seperti itu. Anta bahkan tidak tau kalau dirinya bagian dari keluarga terpandang.

"Semua ini karna Ayah kamu yang gila akan harta dan juga kelicikannya. Karena itulah orang-orang jadi salah paham."

Anta sangat terkejut mengetahui sifat Ayahnya yang lain. Selama ini Shela tidak pernah menceritakannya apapun mengenai keluarga besarnya. Dia terlalu sibuk akan urusan bisnisnya.

Lily menatap Anta dengan perasaan iba. Secara tidak langsung, mereka sama-sama dikhianati oleh sang Ayah. Lily mengerti betul bagaimana perasaan Anta saat ini. Dia memeluk lengan kiri Anta sambil mengusapnya. Semoga Anta tidak terlarut dalam emosinya.

Anta menghela nafas jera. Persetan dengan Ayahnya yang telah meninggalkannya.

"Terus kenapa Tante diem aja? Apa Tante bisu?" Anta tetaplah Anta. Omongannya tetep aja bikin sakit hati. Tapi jangan lupakan dirinya yang juga romantis.

Nana menelan kasar ludahnya. Dia juga baru sadar, kenapa dia dan Shela hanya diam saja? Bahkan Shela yang merupakan keturunan asli tidak mau mengakuinya. Lalu Nana yang tau segalanya juga tidak mampu memberitahu.

"Bunda kamu selalu bilang sama saya," Nana menggantungkan ucapannya. Air matanya turun mengingat Shela yang selalu tersenyum. Padahal dia tau, kalau Shela tengah menderita.

"Apa tante? Bunda bilang apa?" Tanya Anta yang sudah sangat penasaran. Lily hanya bisa menyimak pembicaraan mereka saja sambil mencoba memberikan ketenangan pada Anta.

Nana menghela nafas seraya mengusap air matanya.

"Tidak ada rahasia yang abadi di dunia ini. Suatu saat nanti, pasti akan terbongkar juga. Selama apapun itu."

Hati Anta seperti disayat pisau tajam. Kalimat itu begitu menohok dirinya. Anta jadi teringat akan hubungannya dengan Saila yang ia jalani secara diam-diam.

Nana menggenggam satu tangan Anta dengan erat. Anta hanya terdiam, meresapi semua yang terjadi hari ini.

"Anta, Shela itu selalu curhat sama saya. Dia selalu menceritakan bagaimana sifat kamu, kehidupan kamu, karakter kamu, apapun yang menyangkut dengan kamu, dia selalu cerita sama saya."

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang