Bab #11

296 23 3
                                    

Vote and Comment.

***

"Astaghfirullah Lily kesiangan!"

Ya. Yang dikatakan Lily benar. Seharusnya dia bangun tepat pukul Tujuh, tapi akibat marathon Drakor Lily jadi bangun pukul sembilan pagi.

Tanpa peduli apapun Lily langsung turun kebawah, sungguh, Lily takut kalau Mamanya tidak sarapan pagi akibat ulah Lily. Meskipun kepalanya sedikit pusing dan kesadarannya belum sepenuhnya pulih, Lily tetap memaksakan diri.

Sambil menuruni anak tangga Lily berdoa semoga Yuda sempat membuatkan sarapan untuk Viona. Lily berpegangan kuat pada pembatas tangga supaya tidak terjatuh. Dia masih ngantuk. Sudah gitu, pandangan nya sedikit buram.

Semangat! Lily itu cewek kuat! Batinnya menyemangati diri sendiri.

Akhirnya Lily bisa menuruni tangga dengan selamat. Saat menengok ke arah dapur Lily bernafas lega. Tuhan sedang berpihak kepadanya. Lily melihat ada beberapa lauk pauk yang tersedia di atas meja makan, syukurlah Mamanya tidak bekerja dengan keadaan perut kosong. Tapi Lily merasa ada yang janggal di area dapur, untuk memastikannya Lily segera menuju ruang tamu.

"Lho, Mama kok dirumah?"

Viona yang sedang meminum secangkir teh hangat di ruang tamu menoleh.

"Kamu amnesia? Setiap Sabtu kan Mama Libur." Jelasnya.

Lily berfikir sejenak lalu menggaruk kepalanya sambil menyengir kuda.

"Eh iya, aku lupa."

"Mama," panggil Lily.

"Apa?"

"Ma-maafin Lily sama Bang Yuda ya, Ma. Maaf kalau kita berdua udah buat keributan. Lily sama Abang terima kok hukuman-"

"Nggak Ly, Mama nggak serius soal hukuman itu. Lagipula untuk apa Mama memberi kalian hukuman?" Ungkap Viona yang langsung mendapat pertanyaan dari Lily.

"Maksud Mama apa?"

Viona tersenyum ke arah Putrinya. Ia menyesap kembali teh hangat itu hingga tersisa separuh cangkir. Setelah dirasa cukup Viona menaruh cangkirnya di atas meja tamu. Viona bangkit lalu berjalan menghampiri Lily dengan rambutnya yang masih berantakan.

"Mama nggak menghukum kalian. Waktu itu Mama cuman bercanda, niatnya sih Mama mau prank kalian, hahaha." Viona tertawa lalu menyambung ucapannya, "emang keliatan beneran ya?"

"Ish! Mama tuh serem tau kalo lagi marah. Huh!"

"Iya deh iya. Jujur, itu cuman settingan aja."

"Iya deh iya.  Jujur, Lily percaya kok sama Mama." Kemudian mereka berdua tertawa.

Jemari Viona yang sebelumnya berada di Pipi gadis itu bergerak menuju puncak kepalanya. Viona mengusapnya dengan sayang.

"Lily,"

"Iya Ma?"

"Tolong di ingat perkataan Mama yang satu ini. Jangan sampai lupa ya? Supaya nggak lupa catat di tempat manapun." Lily memasang telinganya. Viona tersenyum melihat reaksi Putrinya.

Viona menghela nafasnya.

"Berani bertindak berani bertanggung-jawab," ucap Viona dengan nada yang sangat serius lalu kembali menyambung ucapannya, "Jangan pernah lari dari masalah, okey?"

"Ma, Lily nggak bisa janji, tapi Lily akan berusaha, Ma." Viona tersenyum hangat.

"Sini peluk Mama."

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang