Bab #3

633 43 2
                                    

Ada pikiran yang sulit diungkapkan. Ada juga penglihatan yang sulit diartikan.

***

"Ya ampun Bu, sa-saya minta maaf, tadi saya buru-buru. Maaf ya Bu?"

Wanita paruh baya itu tersenyum dan menerima uluran tangan Anta dengan ramah.

"Iya nggak papa. Ibu juga salah nggak liat-liat jalan."

Anta memperhatikan barang yang berserakan itu. Dia jadi terpikirkan sesuatu.

"Yaudah, Ibu duluan aja barang-barang nya biar saya yang antar."

Perempuan paruh baya itu tersenyum lalu mengelus puncak kepala Anta dengan sayang.

"Terimakasih ya."

"Iya Bu, sama-sama."

Anta mengumpulkan buku-buku yang berserakan akibat dirinya. Dia menumpuk buku itu dan mengangkatnya untuk dibawa ke ruang guru.

Anta berjalan dengan santai dengan sorot matanya yang datar. Selama dirinya berjalan, tidak ada satu orang yang tidak menyapa dirinya. Dia sudah seperti artis yang ditanyai sana-sini. Sayangnya Anta samasekali tidak merespon sapaan dan ajakan mereka. Dia tetap fokus kedepan dan tujuannya membawa buku ini.

Nara dan Lily meneguk air mineral yang mereka bawa dari rumah. Mata Nara tak sengaja melihat Anta diluar sana berjalan sambil membawa tumpukan buku. Saking seriusnya dia memandangi Anta, Nara sampai tersedak membuat Lily ikut-ikutan tersedak.

"Uhuk... Uhukk..."

Bahkan batuknya pun bersamaan. Mereka kompak juga ternyata.

"Aduh Nar, Lo ngapain pake batuk segala sih?"

"Ma uhuk... gue tau uhuk..." Jawab Nara.

Lily mengelap bajunya yang terkena tumpahan air.

"Bohong! Pasti Lo abis liat sesuatu kan? Ngaku aja deh, gue juga tau sifat Lo kayak gimana," tukas Lily menunjuk wajah Nara.

"Iya deh iya. Mmm... gue abis liat Anta lewat," jelas Nara sambil menggaruk tengkuknya.

"Anta lewat? Ngapain dia?"

"Kayaknya disuruh Guru deh. Ditangannya tuh ada tumpukan buku,"

"Ngomong-ngomong soal Guru- ASTAGA!"

"Buset dah, kenapa Lo?" Tanya Nara yang terkejut mendengar suara Lily.

"Gue lupa Ra, kalo Bu Sasa nyuruh kita keruangan nya," jelas Lily seraya menepuk keningnya.

"Apa? Kenapa Lo nggak bilang Bambang!?"

Lily menggigit kukunya dengan gemetar. "Mmm... yaudah, kita beresin ini dulu abis itu kita keruang Guru."

"Oke oke."

Mereka segera membersihkan sisa makanan tadi dan merapihkan posisi meja yang sempat berantakan.

Lily membuka ponselnya dan sebentar lagi adalah waktunya pulang sekolah. Dia merasa kalau acara hari ini begitu sebentar sedangkan kalau hari biasanya seperti setahun. Cepet banget sih! Pikirnya.

Lily [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang