Hueningkai meletakkan satu botol minuman isotonik di atas meja. Setelahnya membuka tutup minuman isotonik yang masih tersisa di tangannya yang lain, menyerahkannya pada orang di sebelahnya.
"Nih," diterima dengan gerakan cepat.
Itu Yuna, yang beberapa saat lalu memberikan kode lewat stastus WAnya. Mengeluh panjang jika menginginkan coki coki dan pocky kesukaannya.
Untungnya saja ada yang peka. Iya, ini dia Hueningkai yang di tengah tengah cuaca mendung, memilih ke supermarket terdekat untuk membelikan apa yang diinginkan Yuna.
Apakah ini yang dinamakan bucin?
Yuna segera meminumnya hingga sisa setengah. Kemudian menggeser laptopnya ke arah Hueningkai.
Yang disodori laptop tampak mengernyit dalam. "Apa?"
"Bantuin," Yuna menarik sudut bibirnya ke bawah. Membuat ekspresi paling sedih yang dia punya.
Hueningkai menghela napasnya. Kenapa bisa bisanya dia mau berakhir disini sih? Seharusnya dia tidak datang ataupun juga seharusnya dia sudah kabur sejak tadi.
Yuna tersenyum tipis ketika Hueningkai memposisikan laptop tepat di depannya.
"Apa ini?"
Yuna menunjuk buku yang sudah terdapat apa yang diperlakukan. "Udah selesai, tinggal disalin."
Hueningkai mengulum bibirnya. Setidaknya dia tidak harus berpikir. Hanya tinggal menyalin. Mungkin 5 halaman tersisa.
"Gimana sekolah barunya?"
Yuna terdiam sebentar, kemudian mengangguk angguk. "Bagus kok."
Hueningkai menoleh sebentar ke Yuna. Mengupaskan satu coki coki, untuk dimakan Yuna. Yuna menerimanya dengan senang hati. "Temennya?"
Mendengar pertanyaan terakhir dari Hueningkai, Yuna langsung diam. Menimbulkan tanda tanya di pikirannya Hueningkai. Jadi? Apa Yuna kembali mendapat teman buruk?
"Kok diem?"
Yuma meringis. "Baik semua kok."
Hueningkau berusaha mencari kebohongan Yuna sangat mengucapkannya. Tapi- sepertinya tidak ada kok.
"Awas kalo bohong. Gue jambak."
Yuna mendelik. Memukul lengannya yang lelaki. "Gak jelas lo."
Hueningkai kembali ke laptop di hadapannya. Sambil mengetik yang sudah ditulis di buku, dia kembali bertanya. "Udah akrab sama temennya?"
Hueningkai kembali mendapati hening untuk beberapa saat. Menolehkan kepalanya sekilas ke arah Yuna. Yuna sedang mengigiti coki cokinya. Tampak sedang berpikir.
Hueningkai menghela napas. "Lo kenapa sih belakangan ini kalo ditanya gak langsung jawab? Kenapa harus diem dulu? Banyak yang harus dipikirin sebelum jawab pertanyaan gue?"
Yuna mengigit bibir bawahnya. Telihat ragu. "Engga kok. Eum- udah belajar akrab kok."
Tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop, Hueningkai kembali menyahuti. "Halah bohong. Hayi bilang ke gue kok. Seminggu ini lo kayak gimana. Dia bilang kok."
Yuna mendelik. Meruntuki kenapa Hayi bisa bisanya membeberkannya ke Hueningkai. "Itu- engga kok!"
Hueningkai mencibir. "Iti inggi kik!"
Yuna cemberut. "Apaan sih?!"
Hueningkai menghela napas lagi. "Hayi bilang, lo ngikutin dia kemana mana. Sampek mau ikut masuk ke kamar mandi. Disapa sama yang lain aja langsung sembunyi di belakangnya Hayi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga [TXT X ITZY]
FanfictionTentang lima cowok dan lima cewek yang tinggal di dalam satu lingkup lingkungan. Banyak ributnya. Tapi sayang satu sama lain. Namanya juga tetangga. Apalagi para Emak emak dan bapak bapaknya yang juga gak kalah heboh. Writen by CeuNaya.