16.

1.2K 185 10
                                    

Lia memasukkan kantong sampah ke dalam tempat pembuangan, kemudian berjalan kembali ke rumahnya. Di depan rumah Soobin ada Hyunjin dan Yeonjun yang sedang mendobrak dobrak pagar memanggil Soobin. Lia hanya menggelengkan kepala melihat tinggah teman sekaligus tetangganya itu yang sudah mirip kera kelaparan.

"Yeonjun! Hyunjin! Kalian kenapa?" Lia mendekat.

"Anu- itu Li. Mau ngajak Soobin sepeda-an ke depan. Biar dia gak tambah jadi buntelan lemak," jawab Yeonjun.

Lia tertawa mendengar jawaban si rambut kuning itu.

"Jangan berisik ya. Gak enak kalo kedengeran tetangga yang laen."

"Oh iya ya. Congornya Yeonjun aja yang gak bisa dikondisikan Li," jawab Hyunjin sok tersenyum. Padahal dia berteriak lebih keras.

"Kamu juga teriak, Hyunjin. Yaudah, aku mau balik ya. Kalian nanti kalo sepeda-an pulangnya jangan kesiangan. Takutnya telat sarapan. Dadah!!"

Yeonjun tersenyum kemudian mengelus dada. Dia berjalan mengikuti Lia. "Pindah haluan yuk Njin. Adem banget gue kalo sama Lia. Bawaannya pengen nikahin mulu."

Hyunjin menahan bahunya. "Kuliah bruh. Kelarin dulu. Cari kerja. Baru dilamar. Lo mau nikahin Lia sekarang, sama aja lo mau ngelamar singa sejenis Om Yoongi."

"Saya numpang lewat ya, anak muda."

Yoongi lewat di samping mereka sambil menatap keduanya sinis.

"Gila gue dinotis," kata Yeonjun.

"Notis mbahmu. Gak dapet restu sih iya."

---Tetangga---

Yuna membukakan pagar rumahnya yang sedari tadi berisik. Sebenarnya bukan pagarnya yang berisik. Tapi karena adanya dua mahluk menyebalkan yang sialnya tampan ini, paginya menjadi sangat berisik.

"Berisik banget sih!! Bang Soobin masih tidur. Bangunin sana."

Yuna berjalan ke rumah Hueningkai. Kebetulan Soojung sedang menyirami tanaman di depan sedangkan Seokjin sedang mencuci mobil.

"Pagi om, tante."

"Pagi Yuna. Loh? Ningkai udah berangkat dari tadi. Dia ada bimbingan olimpiade loh. Gak bilang ke kamu?"

Yuna menepuk dahinya. "Oh iya te. Yuna lupa."

Setelah ebrmapit pada keduanya, Yuna berjalan sambil cemberut ke arah halte. Soobin pagi ini sulit sekali di bangunkan. Semalam dia demam. Jadi pagi ini dia berangkat sendiri. Ryujin, Chaeryeong dan Beomgyu sudah pasti berangkat dari tadi. Mereka kelas akhir. Pasti bimbingan rutin.

Dia melirik ke arah rumah Jisung. "Pengen bareng. Tapi malu."

Akhirnya sampai. Untungnya sedang ada bus yang berhenti. Di segera mencari tempat duduk. Sesampainya di sekolah, memang belum telat sih, tapi sudah ramai karena mendekati bel.

Dia berjalan di koridor sendirian. Koridor kelas 10. Entah memang agak sepi. Atau hanya perasaannya saja. Anak anak yang ada juga melihatnya dengan sinis.

Yuna jadi heran. Kenapa mereka? Biasanya juga acuh terhadap Yuna.

Apalagi ini kawasan kelas 10. Yuna jadi sedikit takut. Dia tidak memiliki teman akrab yang seangkatan. Teman seangkatannya hanya menganggapnya saingan dan tentunya anak manja.

Apalagi setelah kejadian tempo hari. Saat dia melawan ketiga kakak tingkatnya.

Yuna semakin waspada dengan sekitar.

Tep

Yuna langsung menoleh ke belakang dengan kasar. Dia takut.

"Kai?"

"Eh lo kenapa?"

"E-engga."

"Ini. Gue beli susu kotak tadi, tapi gak ada kembaliannya sekalian beli dua sama lo. Nih diminum!"

Yuna menerimanya. "Makasih Kai. Balik gih. Udah mau bel."

"Cih caper banget jadi cewek."

Yuna menunduk. Hueningkai menatap kesal ke arah anak yang menyahuti mereka. "Lo punya masalah sama Yuna? Atau sama gue? Nyinyir lo mak lampir! Lo kira lo sebaik apa? Caperan mana daripada lo?!"

Yuna mendorong Hueningkai menjauh. "Pergi lo! Ganggu aja. Sana sana!"

"Yun? Lo gak- YUNA?"

Yuna berlari ke arah kelasnya. Meninggalkan Hueningkai. Baru saja membuka pintu, dia langsung merasakan badannya dingin, bau, dan kotor. Air. Air got.

"Rasain. Caper banget jadi cewek. Kecentilan banget lo."

Yuna memejamkan matanya, kemudian berlari ke arah kamar mandi. Belum saja sampai, masih di koridor depan kelas, tiga wanita itu kembali menghadang. Yeojin, Lucy, Eunjo. Yuna mengeram menatap ketiganya dengan gusar.

Yeojin mengangkat sebelah alisnya. "Enak susunya? Ups belum diminum. Udah keburu minum air got. Ih jijik banget."

Yuna menatap lurus. Melawan bukan lagi yang harus dia lakukan. Dia hanya bisa melontarkan tatapan tajam pada perempuan serakah di depannya.

"Mau lo apa?"

"Lo pergi dari sekolah ini. Gak ngerebut posisi gue. Dan gak bisa kecentilan sama cowok disini."

Yuna berdecak kemudian mengarahkan rambutnya ke belakang. Tidak sedikit lagi yang menonton mereka. Mungkin semua di kawasan kelas sepuluh sudah menonton mereka.

"Dia Yuna kan? Cewek sakit sakitan yang ngandelin sakitnya buat caper ke cowok cowok. Hueningkai, Beomgyu, Junho, bahkan Taehyun yang alimnya belum punya tandingan disini dicaperin sama dia. Ngandelin kepintarannya buat ngerayu guru guru. Jelek jelekin temennya ke guru. Beberapa hari gue tau. Kertas ulangannya Sohee, sengaja dia rusak. Buktinya adalah video yang gue sebar semalem."

Yuna menggeleng. "ITU GAK SENGAJA!"

Yuna meringis ketika rambutnya ditarik dari belakang. "Akh! sakit! Lepas!"

"Kenapa? Enakan disiksa dong!"

"Hahaha!"

Beberapa anak mulai datang. Sekedar meneriaki atau bertindak kasar padanya. Bahunya di dorong. Terjatuh. Dia tidak bisa melawan. Terlalu syok. Bagaimana bisa? Lawannya sebanyak itu?

"Kecentilan lo buluk!"

Betisnya yang masih sakit diinjak injak. Jemarinya yang menahan tubuhnya diinjak. Punggungnya ditendang.

"Sok sakit najis!"

Tubuhnya serasa remuk.

"Tukang fitnah! Serakah!"

Terakhir yang membuatnya memekik keras adalah saat kepalanya didorong ke belakang. Membentur lantai kotor. Pusing. Dia merasakan cairan keluar dari hidungnya.

"BAJINGAN!! BERHENTI LO SEMUA!!"






























Ups,
Iya gitu hehe.

See you next chapter💜

Tetangga [TXT X ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang