126.

1K 150 54
                                    

Yeonjun mengedarkan pandangannya ke arah ruang tamu. Melihat Beomgyu berbincang dengan papi disana. Dia melirik Ryujin yang sedang merebus jagung tidak jauh dari tempatnya. Sedangkan Yeji tengah menata makanan di atas meja makan untuk makan malam, membantu adik ipar yang tadinya menyiapkan makanan seorang diri di rumah sebesar ini.

"Sayang?"

Yang dipanggil menoleh, wajahnya terlihat lebih ceria walaupun jelas jelas terlihat lelah karena seharian ini membantu Ryujin membereskan rumah yang tidak bisa dibilang kecil. "Ya?"

"Mau kopi."

Yeji mengangguk kecil. "Bentar ya."

"Bikin sendiri gak bisa apa?" Ryujin mencibir.

Beomgyu kembali setelah berbincang dengan Papi Suho. Disambut dengan baik oleh Ryujin. "Kata papi gimana?"

Beomgyu melingkarkan tangannya di pinggang Ryujin, menumpukan dagunya di atas pundaknya. "Kata papi lebih baik kalo sebisanya kita aja."

Yeji dan Yeonjun mengangguk angguk kecil. Ngomong ngomong mereka sedang mempersiapkan acara pernikahan Beomgyu dan Ryujin sejak tiga bulan acara lamaran yang sempat digagalkan oleh Ryujin sendiri. Beberapa hari kemudian saat Papi Suho dan Mami Irene sudah pulang ke rumah, sempat kaget melihat keluarga tetangganya datang ke rumahnya, untuk meminta anak perempuan mereka. Dan setelah pertimbangan yang ada, keduanya diberi restu.

Senang?

Tentu saja.

Walaupun mereka semua berpikir ini terlalu cepat. Lain kata dengan Yeonjun. Yang berkata,

"Mendingan lebih cepet dari pada gak jadi jadi. Mana dua duanya kadang suka gak sadar diri. Nanti malah kebanyakan maksiat."

Ya memang ada benarnya sih. Tapi tidak menghilangkan kekhawatiran beberapa orang itu tentang resiko yang mungkin akan muncul ke depannya.

Ryujin menyikut sedikit lengan yang lebih tua, menyuruhnya untuk duduk dengan benar di kursi. Melepaskannya yang sedang sibuk dengan beberapa piring kotor yang menumpuk.

"Tumben nyuci malem malem? Biasanya dicuci sama mbak besok pagi kan?" Yeonjun bertanya keheranan.

Ryujin tersenyum kecil, menggeleng. "Kata Mbak Lia sama Mbak Yeji kalo udah belajar beresin rumah sendiri, gak boleh ninggalin piring kotor malem malem. Lagi pula di rumahnya Tante Yuju gak ada mbak atau bibi. Masa gue mau babuin Tante Yuju sih? Yang ada gue didepak dari rumah."

Beomgyu tertawa. Cukup keras sampai sampai Ryujin harus meliriknya malas. "Gue tabok mau?!"

Yeji menahan tawanya. "Serius Ryujin mau kesana? Gak disini aja?"

Ryujin mengangguk yakin.

Yeonjun sedikit ragu. Meski Ryujin sudah cukup mandiri. Tapi tetap saja. Mungkin gadis itu belum terlalu mampu untuk melakukan semuanya sendiri. Terkususnya mengepel, atau pekerjaan rumah yang cukup menyusahkan lainnya.

Beomgyu melihat keraguan di wajah calon kakak iparnya itu mulai berhenti tertawa. Berdehem sebentar. "Santai bang. Ada gue, tugas suami apa? Bimbing istrinya kan? Lama lama juga kebiasaan kok. Gue juga bisa bantuin, kerjaan gue gak kayak lo yang harus ngebut, sibuk banget. Kerjaan gue lumayan santai, walaupun suka bikin otak panas," tersenyum meyakinkan. "Ryujin juga bukan pembantu yang harus ngelakuin pekerjaan rumah. Dia bakal jadi istri gue. Gak bakal jadi pembantu. Jadi kemampuan kayak gitu gak terlalu berpengaruh."

Ryujin menoleh, tersenyum kecil ke Beomgyu. Dibalas senyuman seperti biasanya.

Yeji berpandangan dengan Yeonjun sebentar. Kemudian tersenyum ke arah dua orang yang lebih muda.

Tetangga [TXT X ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang