Lima hari setelah hari itu, sepertinya sudah kembali membaik. Lea dan Hayi akhirnya diminta pindah ke rumahnya Seokjin dan Sojung. Mereka kompak menginginkan dua anak itu tinggal bersama mereka. Tidak mungkin mengabaikan amanah seseorang yang sudah meninggal bukan?
Namun tetap saja ada yang masih sedikit berbeda dengan keseharian mereka. Lea yang biasanya berangkat pagi untuk kerja, bisa kembali kuliah seperti biasanya. Hayi juga bisa bersekolah dengan tenang. Hueningkai juga sedikit sedikit mulai berusaha lebih dekat dengan dua saudaranya itu.
"Ma? Mau kopi?" Lea bertanya pada Sojung yang sedang mengirisi daun bawang.
Sojung menggeleng kecil. "Mama gak minum kopi pagi pagi. Suka perih perutnya."
Lea meringis. "Oh gitu ya," kembali menuntaskan kegiatan membuat kopinya.
"Kakak berangkat siang?"
Lea mengangguk. "Iya ma. Jadwalnya sampek nanti sore."
Sojung mengangguk mengerti. "Mama panggil papa dulu ya. Biar cepet turun. Biasnya suka ngaret kalo mandi."
Lea hanya tersenyum kecil.
Tak beberapa lama setelah Sojung beranjak, datang Heuningkai dan Hayi yang beriringan.
"Pagi Kak," keduanya menyapa lebih dahulu.
"Pagi juga kalian."
Hueningkai menaruh tasnya di sandaran kursi. "Lo gak ke kampus, kak?"
"Nanti, mulai kelas siang."
Keduanya mengangguk mengerti.
"Hueningkai mau susu coklat atau vanila?"
Hueningkai menoleh. "Coklat."
Lea bergerak cepat membuat dua gelas susu coklat untuk kedua adiknya.
"Nanti berangkatnya mampir ke toko alat tulis dulu ya. Gue mau beli kertas blinder," Hueningkai berujar sembari mengambil nasi ke dalam piring.
Hayi diam sebentar. "Tapi kak, aku berangkat sama Yuna. Kita janjian semalem mau berangkat naik bus."
Hueningkai diam sebentar. "Yuna mulai masuk hari ini?"
Hayi mengangguk. "Iya. Emang gak bilang ke kakak?"
Hueningkai mengernyit sebentar. Kemudian mengecek handponenya. Semalaman dia tidak membuka handpone sih. Tidur sejak habis solat magrib.
Benar saja ada chat dari Yuna. Yuna memberi tahu kalau dia akan mulai sekolah hari ini. "Okelah kalo gitu."
Lea meletakkan dua gelas susu coklat dihadapan keduanya. Kemudian duduk dengan kursi yang berhadapan dengan Hueningkai. "Lo belum mulai bimbel?"
Hueningkai menoleh sebentar ke Lea. "Udah jalan sebulan. Tapi seminggu terakhir lagi ada acara rutin sekolah, jadi sementara libur."
"E-nanti kalo mau berangkat, pakek motornya mama aja kak. Dari pada nebeng Bang Soobin sampek pulang kemaleman kayak kemarin."Lea terkekeh. "Gue bareng temen hari ini. Kemarin bareng Soobin kebetulan aja ada keperluan bareng sama Lia juga."
Hayi tersenyum kecil melihat interaksi kedua kakaknya itu. "Kak Lea dijemput sama Kak Noa?"
Lea mengangguk. "Iya. Nanti kamu pulangnya langsung ke tempat les aja ya. Mumpung ada barengannya. Kalo dari sini kan jauh mau bolak balik."
Hayi mengangguk meminum susu coklat buatan kakaknya sampai sisa setengah.
"Noa siapa?" Hueningkai bertanya. "Pacar kak?"
Lea segera menggeleng. "Bukan!"
"Bukan pacar kak. Tapi udah deket dari dulu," Hayi menambahkan msmbuat Lea langsung melotot tidak terima ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga [TXT X ITZY]
Fiksi PenggemarTentang lima cowok dan lima cewek yang tinggal di dalam satu lingkup lingkungan. Banyak ributnya. Tapi sayang satu sama lain. Namanya juga tetangga. Apalagi para Emak emak dan bapak bapaknya yang juga gak kalah heboh. Writen by CeuNaya.