73.

913 139 36
                                    

Beomgyu menghembuskan napas lelah. Tangannya segera melepaskan kaca mata yang dia pakai. Kemudian memasukkannya ke tempat kaca matanya. Tangannya dengan cekatan merapikan beberapa kertas dan alat tulis yang berserakan di atas meja. Setelahnya mematikan lampu terang yang menyorot meja.

Ruangan modeling tampak sepi. Hanya ada 4 orang termasuk Beomgyu sendiri.

Hingga akhirnya datang Ryujin. Ruangan ini memang dibebaskan untuk siapa saja untuk memasukinya. Apalagi yang berkepentingan. Tapi, umumnya ruangan ini merupakan fasilitas khusus untuk mahasiswa fakultas teknik.

Ryujin meletakkan satu kantung kresek di atas meja. Kemudian duduk di sebelahnya Beomgyu. Tapi- gerakannya tampak lebih lemas dari pada biasanya.

"Tuh, gue beliin jajan sama minuman."

Beomgyu terkekeh. Tumben sekali. Ryujin tidak biasanya seperti ini. Bukan berarti biasanya dia pelit loh. Tapi- Ryujin itu tipe yang kurang perhatian. Makanya dia jarang seperti ini.

"Tumbenan?"

Ryujin mengangguk. "Kepikiran aja. Soalnya lo bilang mau habisin waktu istirahat makan siang di ruang modeling. Jadi gue pikir gak makan siang. Makanya gue beliin."

"Lo udah makan?"

Ryujin mengangguk lagi. Kali ini sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

"Makan sendiri?"

Ryujin memerhatikan gerakan Beomgyu menggulung kertas. Kemudian menggeleng. "Sama Ayen sama Alin."

Beomgyu berdecih. "Tumbenan mau deket Ayen."

Ryujin merengut. "Aslinya gak mau! Tapi lagi males ribut. Makanya gue biarin aja."

Ryujin ini agak sedikit risih dengan Jeongin. Katanya, Jeongin terlalu banyak bicara dan suka pamer cengiran ke mana mana. Bukan masalah besar sih. Tapi kadang Ryujin emosian, suka tiba tiba mencubit Jeongin. Ryujin ke Jeongin sama dengan Ryujin ke Asahi. Sama sama tidak boleh disatukan.

Beomgyu membuka kantung plastik itu. Mengambil satu minum isotonik kemudian meminumnya. "Makasih Jin."

Ryujin mengangguk. Kemudian menutup matanya. Badannya rasanya pegal semua. Kepalanya pusing efek datang bulan. Lehernya pegal karena semalaman memilih membaca buku karena tidak bisa tidur. Punggung dan pinggangnya sakit. Serasa encok. Sedangkan kakinya linu, betisnya seperti menyeret beras berkilo kilo.

Rasanya Ryujin seperti baru selesai kerja rodi. Padahal tidak sama sekali.

"Lo sakit?"

Ryujin menggeleng. "Engga."

"Lemes gitu beneran gak papa? Biasanya lo gak lemes gini loh."

Ryujin menggeleng lagi. "Cuman capek aja kok."

Beomgyu akhirnya mengangguk. "Masih ada kelas habis ini?"

Ryujin menggeleng. "Gak ada. Mau langsung pulang aja. Lo masih ada kelas?"

Beomgyu mengangguk. "Ada satu."

Ryujin menghembuskan napasnya. "Yaudah gue nanti pulang duluan ya."

"Mau gue anterin sekarang apa gimana?"

Ryujin mengibaskan tangannya. "Gak usah lah. Nanti repot lo bolak balik. Gue bisa pulang sendiri kok. Bisa nebeng Alin juga."

Beomgyu akhirnya mengangguk. Mulai memakan roti yang di bawakan Ryujin.

Ryujin memerhatikan cara makannya Beomgyu. Terlihat tenang padahal buru buru. Ryujin terkekeh. "Gyu, matanya biar cantik gitu diapain?"

Tetangga [TXT X ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang