92.

836 127 20
                                    

Hueningkai berdiri dari duduknya dan berlari lagi setelah olahraga sorenya. Meninggalkan Jake dan Yedam yang keheran dengan tingkahnya.

Dia memegang dada kirinya. Rasanya berdebar. Dia tidak tau kenapa. Firasatnya hanya sedang tidak enak saja.

Sesampainya di rumah dia bisa melihat Mama yang baru memarkirkan mobilnya di halaman. Hendak naik ke teras. Juga Kak Lea yang sedang memakan martabak di ayunan.

"Udah dek, gak capek apa lari mulu. Nih martabak," Kak Lea dari kejauhan menawarkan martabaknya.

Hueningkai menggeleng. "Lo makan sendiri aja deh kak. Gue gak mood makan."

Mama keheranan. "Ngapain kamu?"

Hueningkai mengambil kunci mobil dari tamgan mamanya. Kemudian tersenyum kecil. "Ma, Hueningkai keluar dulu ya. Bentar aja."

Mama melotot. Anak kesayangannya mau kemana sore sore begini? Apalagi dengan tubuhnya yang penuh dengan keringat yang masih terlihat sangat baru. "Mau kemana? Gak boleh ah."

Mama hendak mengambil kuncinya lagi.

"Plis ma, cepet kok. Janji."

Mau tidak mau mama akhirnya mengangguk.

"Hati hati dek."

Hueningkai mengangguk. Segera masuk ke dalam mobil dan mengemudikannya dengan keceptan yang sedikit lebih tinggi.

Di perjalan dia diiringi dengan kecemasan tersendiri. Sampai dia rasa handponenya yang dia simpan di saku training berbunyi, Soobin sedang menghubunginya. "Halo bang?"

"Halo? Dimana?"

"Mau nyamperin Yuna."

"Syukur kalo gitu. Gue masih di kantor. Perasaan gue gak enak. Makanya nelfon lo. Kalo ada apa apa, nanti bilang ya. Gue juga udah nelfon Lia sama Yeji. Gue takut di rumah kenapa napa."

Hueningkai memahami kekhawatiran itu. "Oke bang."

"Lo hati hati juga"

"Iya."

Setelahnya panggilan terputus, Hueningkai menghela napasnya. Rasanya malah bertambah khawatir setelah mengetahui Soobin memiliki firasat sama.

Beberapa menit berlalu, Hueningkai sampai di tempat praktek penilaian renang Yuna hari ini. Lelaki kelahiran agustus itu segera keluar dari dalam mobilnya. Berlari kecil menuju ke dalam yang memang sudah sedikit sepi.

"Permisi pak, masih ada orang di dalem?" bertanya pada penjaga karena dia sangat ragu jika masih ada orang di dalam.

Penjaga itu terdiam sebentar kemudian menjawab. "Itu mas, ada yang habis tenggelem. Habis praktek renang deh kayaknya. Sebagaian udah ada yang pulang. Nyari temennya mas?"

Hueningkai tidak menjawab lagi. Dia langsung masuk ke dalam. Menyusuri jalanan di pinggir kolam hingga matanya menangkap beberapa orang yang masih bergerumbul di tepian kolam. Kakinya berjalan cepat ke arah gerumbulan itu yang akhirnya sedikit melonggar karena mendapat instruksi dari orang yang paling tua.

"Yuna?"

Tangannya menyingkirkan beberapa orang yang menghalangi jalannya, menerobos ke dalam kerumunan.

"Yuna?"

Itu Yuna, gadis yang sekarang sedang terbatuk batuk. Memuntahkan air lewat mulutnya. Hueningkai segera mendekat. Menepis tangan yang dia duga pelatih renang. Kemudian membantu gadis itu untuk duduk.

"Yuna?"

"Uhuk uhuk! Hah, uhuk!"

Hueningkai menepuk nepuk pundaknya, sesekali mengusap bahunya.

Tetangga [TXT X ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang